Jumat, 27 Maret 2009

Arti Sahabat


" ...
Persahabatan bagai kepompong
Merubah ulat menjadi kupu-kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak mudah berubah jadi indah
..."

Pasti sudah tahu penggalan lirik lagu diatas, yup! Itu adalah penggalan lirik lagu Kepompong milik Sindentosca yang beberapa waktu lalu pernah booming di beberapa stasiun tv swasta dan radio bahkan sampai sekarang di pakai sebagai soundtrack sinetron di salah satu stasiun tv swasta. Kali ini bukan lagunya yang akan aku bahas tapi pesan yang ada dalam lirik lagunya yang bercerita tentang persahabatan.
Sahabat. Semua orang pasti mempunyai sahabat, atau kalau mengaku tidak punya paling tidak teman dekatlah. Sahabat tidak harus satu orang lho, bisa saja kita dekat dengan beberapa teman dan kita enjoy dengan mereka maka mereka bisa kita sebut sahabat. Sahabat menurut pemahaman dan pengalamanku selama ini adalah tempat berbagi kisah dan pengalaman, teman belajar dan seru-seruan, serta tempat peminjaman uang alias utang,hehehe (maklum anak kos). Untuk yang terakhir ini jarang sih tapi pernah aku lakukan kalau kiriman uang dari orang tua agak terlambat, jadi jika uang mereka yang terlambat dan uangku masih ada ya ganti aku yang meminjami. Saling mambantu pokoknya.
Arti persahabatan menurut seseorang ternyata berbeda-beda, baru-baru ini aku membaca salah satu blog di internet tentang arti sahabat yang menuliskan bahwa persahabatan adalah suatu amanah karena memerlukan pemeliharaan dan penjagaan agar tetap terjalin karena kalau kita tidak serius menjaganya maka bukan tidak mungkin persahabatan itu bisa hancur walaupun mungkin hanya disebabkan sedikit salah paham yang sebenarnya bisa segera diselesaikan. Yang namanya persahabatan pasti akan melewati suatu ujian, sebagai contoh nyata, beberapa waktu yang lalu aku pernah mengalami hal seperti itu, karena kesibukan kita masing-masing, aku dan sahabatku jarang berkomunikasi walaupun hanya sekedar menanyakan kabar melalui sms, hal itu berlangsung cukup lama hingga akhirnya sedikit masalah saja bisa membuat salah paham diantara kita. Tapi karena kita sadar betapa pentingnya persahabatan dan tidak mudah untuk menciptakan persahabatan itu akhirnya kita kalahkan ego kita, saling mengaku salah. Betapa indah persahabatan kalau dipelihara dengan baik.
Salah seorang sahabatku ternyata juga berbeda dalam mengartikan persahabatan, menurut dia, sahabat itu seperti warna pada pelangi. Masing-masing memiliki warna sendiri-sendiri, mempunyai corak yang berbeda-beda, tapi warna dan corak itu akan terlihat lebih indah ketika kita bersama. Dia juga mengatakan sahabat itu seperti bintang, tidak selalu terlihat tapi selalu ada, hehehe perumpamaan yang bagus.
Sebagai seorang teman atau sahabat sudah sepatutnya kita saling menasehati dan saling mengingatkan walaupun kadang kita salah mengartikan maksud dari nasihat tadi dan membuat sakit hati, tapi ingatlah seorang sahabat tidak akan menutupi kekhilafan sahabatnya untuk menghindari perselisihan justru karena dia sayang maka dia akan dengan tulus menegur apa adanya.

Kenapa aku menulis artikel ini? Karena aku lagi kangen sama teman-temanku waktu di SMP, SMA terutama teman kuliah yang sudah mlencar kemana-mana. Miss u guy's, kapan kumpul-kumpul lagi.

Salam hijau.

nb : model di foto judul posting adalah panji dan daru, teman kuliahku.

Sabtu, 21 Maret 2009

Kuliner On The Weekend

Weekend telah tiba, saatnya jalan-jalan, hehe. Dari awal minggu memang planning minggu ini acara jalan-jalannya adalah kuliner. Tentu saja sama si Prili, belahan hati (ohok..ohok..hehehe piss nduk) merangkap guideku selama hampir 3 tahun ini di Surabaya. Dari semalam kita bela-belain surfing internet untuk mencari kuliner Surabaya yang akan kita coba. Akhirnya Prili kasih ide untuk mencoba nasi bebek depan tugu Pahlawan, katanya sih enak tapi bukanya agak sorean. Sambil menunggu buka kita main-main dulu ke House of Sampoerna (HoS), soalnya walaupun si Prili rumahnya dekat situ tapi ternyata dia belum pernah kesana,hahaha (piss lagi nduk:)) Niatnya mau foto-foto, ternyata rame akhirnya ya tidak jadi. Puas lihat-lihat di Hos kita langsung meluncur ke Taman Bungkul, niatnya mau mencari view yang bagus sambil ngobrol, tapi karena sudah sore kita memutuskan langsung menuju tujuan utama kita, warung nasi bebek depan tugu Pahlawan yang katanya top markotop itu. Sampai disana ternyata penjualnya masih prepare-prepare mau buka warungnya,walah. Karena sudah sore dan perut tidak bisa diajak kompromi maka kita putuskan menuju warung bebek cak Yudi yang terkenal karena sambel 'pencitnya',waaah sudah tidak tahan nih,hehe.
Kata orang-orang yang sudah pernah kesana, kalau ingin kebagian kita disarankan kesana agak sorean soalnya kalau agak malam sering tidak kebagian. Wah jadi takut nih soalnya sudah jam 5, tapi ternyata sampai sana bebeknya masih ada,untung saja. Sampai disana sama penjualnya ditawari jeroan tapi karena lagi tidak pengen makan jeroan jadi kita hanya memesan 2 porsi bebek plus 2 gelas es teh,hmmm...maknyos!!ni aku kasih gambarnya!
Porsi nasinya menurutku lumayan, bebeknya juga lumayan besar. Kalau rasa dagingnya, enak dan empuk.Syiip dah! Tapi yang paling penting adalah sambel 'pencit'nya... cabe yang pedes dicampur mangga muda yang asem, ssshhhhh...aaahhh...sensasinya di lidah mmmmpphhhh...maknyoz!! Tapi awas yang perutnya tidak biasa makan pedes campur asem, jangan banyak-banyak makan sambelnya ya,hehe. Penutupnya adalah always es teh manis, selain seger juga bisa sedikit mengurangi sensasi sambel 'pencit'nya di lidah, segeerrr..!!
Setelah baca langsung nyoba ya, tempatnya di daerah perak, gampang kok mencarinya, tanya saja orang daerah situ tempatnya bebek cak Yudi dimana, pasti tau:) Jadi selamat mencoba.

Salam hijau.

Pentol Bakar Es Teh Manis

Berawal dari kunjungan adikku ke Surabaya, mau tidak mau aku harus jadi guidenya, padahal siang itu aku masih menghadiri acara wisuda teman, tapi tidak apa-apalah, jarang-jarang adikku ke Surabaya:). Dari acara wisuda teman aku dan Prili langsung ke gubeng jemput adikku, karena sudah masuk jam makan siang, perut sudah mulai keroncongan. Awalnya aku pengen ajak makan didaerah SMA komplek, maklum udah lama tidak makan mie 'petek' depan SMA komplek atau kalau tidak ada ya sotonya cak To yang maknyuz, tapi aku lupa kalau hari itu hari minggu jadi hasrat makan mie 'petek' harus ditahan. Sedih. Akhirnya si Prili kasih ide makan didaerah kampus B, didepannya tepatnya, katanya sih harganya lumayan murah. Ya sudah akhirnya kita bertiga langsung menuju kesana. Kesan pertama liat warungnya sih lumayan bersih, sedia masakan chinese gitu, koloke, fu yung hai dan kawan-kawan. Namanya kalau tidak salah warung 'Airlangga', pinggirnya cafe Piza. Dari menu yang ditawarkan, aku tertarik dengan satu menu yang 'nyeleneh' dari teman-temannya dalam daftar menu, nasi bakso bakar. Akhirnya aku putuskan memilih menu itu plus es teh manis karena udara siang itu panas banget jadi hasrat minum yang dingin-ding semakin menggebu. Kira-kira 15 menit menunggu, akhirnya pesananku datang. Setelah melihat pesananku, menurutku salah kalau namanya nasi bakso bakar karena tidak ada setetespun kuah yang dihidangkan, lebih tepat kalau diberi nama nasi pentol bakar.
Seperti yang ada di foto, cuma ada nasi, pentol dan sambal kecap. Kalau boleh aku komentar, menurutku pentolnya enak, bumbunya terasa soalnya pentolnya dipotong seperti tukang buah motong kedondong jadi bagian dalamnya juga ikut terkena bumbu. Rasa khas daging yang dibakar juga tidak ketinggalan. Nasinya lumayan banyak, ada taburan bawang gorengnya, jadi semakin terasa gurih. Sambel kecapnya juga lumayan, ada irisan cabenya jadi kalau pas cabenya ikut termakan ya, maknyoz, hahaha. Apalagi waktu itu udara panas sekali wah bisa dibayangkan panas-panas makan cabe, dijamin keringat meleleh, hehehe. Untung aja ada es teh jumbo, jadi bisa langsung teguk, uuaah...segar! Masalah harga lumayanlah, 6000 perak kalau tidak salah. Kalau tertarik, coba ya?!:)

Salam hijau.

Sabtu, 14 Maret 2009

Journey To Welirang

Awalnya tidak pernah sedikitpun kata "naik gunung" mampir dalam pikiranku. Alasannya simpel saja, dari dulu aku tidak pernah berani mencoba hal baru, apa lagi se extrem naik gunung yang butuh persiapan fisik dan mental. Jadi saat ada teman kuliah ngajak hiking, berpikir cepat mecari alasan untuk menolak adalah hal pertama yang aku lakukan:). Tapi setelah sering didoktrin dengan cerita-cerita dan foto-foto sama seorang teman yang hobi hiking, akhirnya timbul keberanianku untuk mencoba, sekalian ngetes seberapa siap fisik dan mentalku menghadapi hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.Kebetulan gunung pertama yang aku tapaki adalah gunung Welirang. Oke perjalanan dimulai.

Gunung welirang, 3156 mdpl, satu komplek dengan gunung Arjuno. Dari Surabaya aku tempuh menggunakan motor bersama 3 teman. Kendaraan ini kami pilih karena kami anggap paling efisien, baik dari segi biaya ataupun waktu. Dari Surabaya kami berangkat menuju Tretes setelah sholat ashar, sampai di pos ijin pendakian menjelang magrib, kami transit sebentar untuk mengurus perijinan dan makan malam di warung dekat pos tersebut sambil mengobrol. Dalam hati sebenarnya ada perasaan takut karena ini adalah pengalaman pertamaku. Setelah mengecek perlengkapan, kami mulai meninggalkan pos ijin pendakian menuju pintu masuk jalur pendakian Welirang Arjuno. Didepan pintu masuk kami berdiri melingkar sambil berangkulan, berdoa meminta keselamatan dari Alloh SWT. Senter kami nyalakan dan kamipun mulai berjalan, inilah langkah pertamaku menapaki jalan menuju puncak pertamaku. Menaklukkan ketakutanku selama ini. Selama perjalanan tak henti-hentinya aku memohon keselamatan dari Yang Maha Kuasa, kira-kira satu jam perjalanan hujan mulai mengguyur, sayangnya tidak ada seorangpun dari kami yang membawa jas hujan. Akhirnya kami menggunakan atap tenda untuk berteduh. Setelah hujan agak reda, kami mulai berjalan lagi menuju pos pertama. Tidak tahu pastinya berapa jam kami berjalan yang jelas kakiku sudah agak ngilu, tapi dalam hati aku terus menyemangati diriku sendiri untuk terus berjalan paling tidak sampai pos pertama. Karena dari kami berempat fisikkulah yang paling lemah, sebisa mungkin aku tidak mau merepotkan mereka. Tiba-tiba salah satu teman berteriak, "Nu' deloken mburimu!".("Nu', lihat belakangmu!"). Subhanallah...bisa aku lihat lampu-lampu jalan berkelap-kelip, indah sekali. Kamipun berjalan kembali, dan tak lama kemudian kami sampai di pos pertama, para pendaki biasanya menyebut pos pertama dengan sebutan "Kop-kopan", aku tidak tahu artinya apa. Kamipun langsung mendirikan tenda yang lokasinya dekat dengan sungai supaya mudah mencari air. Kami berbagi tugas, dua orang mendirikan tenda dan sisanya menyiapkan makan malam. Menu makan favorit orang naik gunung adalah mie instan, karena dianggap efisien. Setelah makan kamipun tidur, melepas penat sejenak untuk mempersiapkan setengah perjalanan lagi menuju puncak basok pagi.

Pagi datang, saatnya melanjutkan perjalanan. Setelah mepersiapkan semuanya, mulai memasak, membereskan tenda sampai sarapan, kami melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya,orang-orang menyebutnya "Pondokan". Satu jam dua jam kami berjalan tapi belum juga sampai. Dalam perjalanan kami menjumpai banyak pendaki dengan tujuan sama, puncak Welirang. Tapi ada juga yang menuju Arjuno. Jalur menuju Welirang dan Arjuno kalau ditempuh dari Tretes memang sama, tetapi hanya sampai pondokan setelah itu jalurnya berbeda. Ah akhirnya sampai juga di pos penambang, tapi hari sudah sore. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda disitu dan melanjutkan menuju puncak keesokan harinya.
Pos Pondokan adalah kompleks perumahan para penanambang belerang, tapi jangan dikira kompleks perumahannya seperti dikota lho karena berbeda sekali. Para penambang disini mendirikan pondok dari kayu dengan atap asbes hanya untuk melepas penat sejenak setelah mengangkut belerang seharian dari puncak Welirang. Sungguh berat pekerjaan ini bagiku. Setelah mendirikan tenda, memasak dan makan malam, kamipun istirahat. Menyiapkan fisik dan mental menuju puncak, karena jalur yang kami tempuh akan semakin berat.

Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menuju puncak Welirang. Benar saja, jalan yang kami lewati berbeda dengan jalan menuju dua pos sebelumnya. Udara semakin tipis, belum lagi hawa dingin yang mulai terasa, padahal hari sudah agak siang. Semakin keatas tumbuhan yang kami temui semakin beragam, tidak hanya cemara atau pinus saja. Tumbuhan dan bunga-bungaan kecil berwarna-warni. Setelah melewati hutan pinus dan cemara, bisa dibilang kami hampir sampai karena puncak Welirang sudah kelihatan.

Rasa lelah dan penat seakan hilang, yang ada di pikiran kami hanyalah ingin cepat sampai puncak. Dalam perjalanan ke puncak itu, tiada hentinya aku mengucap syukur dan kagum akan lukisan alam dari sang Pencinpta.Bunga Edelweis muda yang segar dan tumbuhan dengan daun yang merah dikanan kiri kami, membuat mata dan hati terasa nyaman.Subhanallah...Terima kasih ya Alloh telah memberiku kesempatan melihat keindahan ini. Langkah semakin kami percepat karena tidak sabar ingin mencapai puncak. Tumbuhan hijau, asap yang mengepul dari kawah Welirang, langit yang biru, awan yang putih, dan batuan gunung, sungguh perpaduan warna yang balance. Tak lupa kami abadikan moment ini menggunakan kamera.

Berdebar-debar jantungku saat menuju kawah Welirang yang berasap, warna kuning dan bau belerang yang khas. Aku kira kawah Welirang adalah puncaknya, ternyata masih ada tempat yang lebih tinggi lagi tapi aku tidak berani naik karena terlalu curam. Aku sudah puas walau hanya sampai kawahnya saja. Akhirnya aku menunggu teman-temanku yang naik ke puncak. Cuaca di gunung cepat sekali berubah, dalam kesendirianku menunggu teman-teman turun dari puncak, tiba-tiba mendung datang dengan cepat, arah angin berubah menuju tempatku menunggu sambil membawa kabut dari bawah. Jarak pandang sangat terbatas, dadaku sesak karena udara semakin tipis dan dingin. Rasa takut mulai memasuki pikiranku. Aku hanya bisa berdoa. Akhirnya cuaca kembali normal hingga kami semua berkumpul dan bertemu teman-teman dari Unbraw. Karena mulai gerimis, kami memutuskan mencari tempat berteduh, tapi kami kalah cepat dengan hujan. Kami menemukan celah di dinding batu yang paling tidak bisa kami gunakan untuk berteduh sementara sampai hujan reda. Setelah hujan reda kami lanjutkan perjalanan menuju pondokan, karena menurut kami nanggung kalau bermalam di pondokan, jadi kami memutuskan bermalam di kop-kopan saja. Karena kami ingin sampai sana sebelum malam maka kami tancap gas menuruni lereng gunung. Ah sampai juga di kop-kopan meskipun sudah hampir malam. Kami mendirikan tenda, masak, bikin kopi lalu makan dan....tidur. Badan kami pegal semua setelah berjalan menuruni gunung tadi.

Paginya kami langsung menuju pos ijin pendakian, perjalanan tinggal separuh, fiuh. Kakiku ngilu semua tapi karena tidak sabar ingin cepat sampai kos-kosan dan bertemu teman-teman, ngilu tadi aku tahan sebisa mungkin dan akhirnya sampailah juga di pos ijin pendakian. Kami istirahat sebentar lalu langsung pulang. Ditengah perjalanan kami mampir sebentar di candi Jawi untuk foto-foto. Ingin segera aku ceritakan pengalamanku selama 4 hari ini. Pengalaman pertama yang sangat mengesankan.


Oiya, sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada temanku Aji yang sudah memberi semangat supaya aku mau naik gunung. Karena dia yang memberi doktrin dengan menceritakan pengalamannya naik gunung ditambah foto-foto yang ciamik, yang membangkitkan keberanianku naik gunung. Isol sang koki gunung, hehehe thanks ya sol sudah memasak untuk kita. Daru yang jadi frontman kita, hehehe thanks juga ya daru. That's all my story journey to Welirang mountain.

Salam hijau.

Ads Inside Post