Selasa, 31 Mei 2011

Light From The East


Mau dimanapun menikmatinya, yang namanya sunrise selalu dapat memanjakan mata saya. Dinikmati dari puncak gunung, dari atas bukit, pesisir pantai ataupun hanya dari balkon kos-kosan, semuanya sama, selalu dapat membuat saya bersyukur bisa hidup di negeri ini. I love Indonesia!

******

Beberapa waktu yang lalu, akhirnya saya bisa menikmati sunrise di kawah Gunung Bromo. Waktu itu, sebelum mencapai kawah, saya bersama empat orang saudara saya masih harus berhadapan langsung dengan tebalnya kabut lautan pasir Bromo yang dingin. Belum lagi debu dari lalu lalang hardtop yang melintas lautan pasir ini, cukup mengganggu pernafasan bagi pejalan kaki seperti kami. Namun "perjuangan" itu tidak sia-sia, karena sesampainya di puncak, kami masih sempat melihat keindahan sunrise-nya.


******

Menikmati sunrise dari atas bukit pernah saya lakukan di Bukit Penanjakan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Bukit Sikunir di Dataran Tinggi Dieng. Keindahan sunrise di Bukit Penanjakan memang selalu menjadi daya tarik bagi pelancong domestik maupun mancanegara. Memang, saat Bromo meletus beberapa waktu lalu, kawasan ini sempat ditutup karena terkena hujan abu vulkanik. Namun hal itu tidak menyurutkan niat saya bersama beberapa teman untuk pergi kesana. Sayangnya saat itu cuaca sedikit mendung.


Untuk melihat sunrise di Bukit Sikunir nampaknya tidak semudah di Bukit Penanjakan. Kalau di Penanjakan kita bisa dengan mudah menyewa jasa hardtop untuk sampai lokasi, di Sikunir untuk dapat menikmati sunrise kita masih harus sedikit hiking untuk sampai ke view point. Namun tak apalah toh sampai di view point semua akan terbayar dengan keindahan sunrise-nya. Nampak di kejauhan dari Bukit Sikunir ini kita bisa melihat siluet gunung Sindoro - Sumbing, Merbabu dan Merapi.

photo by Dwi Putri

******

Dari dulu saya ingin sekali melihat sunrise di pantai. Namun baru kesampaian saat saya mengunjungi Pantai Bama yang berada di dalam komplek Taman Nasional Baluran - Situbondo. Lingkungan sekitar pantai yang sepi, segarnya udara pagi, ditemani suara ombak-ombak kecil, menjadikan pantai ini sebagai tempat ideal untuk menikmati sunrise.


Berbeda dengan sunrise di Pantai Bama, sunrise di Pantai Klayar - Pacitan "lebih lambat" datangnya. Topografi pantai selatan yang berupa pegunungan membuat sinar matahari jadi terhalang sehingga sunrise disini terkesan agak siang datangnya. Foto ini saya ambil sekitar pukul 6 pagi.


******

Untuk menikmati sunrise, yang wajib dilakukan memang harus bangun pagi, tapi ternyata bangun pagi saja belumlah cukup, cuaca juga sangat berpengaruh. Pernah saya 3 kali berburu sunrise di Pantai Ria Kenjeran tapi 3 kali itu pula cuaca mendung. Namun terkadang tanpa diburu pun, rol sunrise seperti ini malah tiba-tiba muncul. Lucky me:)


******

Sabtu, 28 Mei 2011

Iga Bakar & Penyet Pandanwangi


Text & Photo oleh Fajar "ndud" Dwinugroho

Beberapa waktu yang lalu saat saya pulang ke Jember, mbak saya, panggil saja mbak Nenk,  mengajak saya untuk mencoba iga bakar. Katanya sih murah dan enak. Hhhmm.. semurah-murahnya iga bakar paling ya di atas 15 ribu rupiah.  Wah, kudu siap duwek akeh iki. Sebagai penikmat kuliner nusantara, tentu saja saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Siang itu matahari sangat terik di atas Jember, dan saya sudah janjian dengan mbak Nenk untuk pergi ke tempat iga bakar. Butuh semangat ekstra untuk kesana karena selain panas yang menyengat, jaraknya dari rumah saya lumayan jauh, sekitar belasan kilometer. Maklum, rumah saya jauh di pinggiran Kota Jember.

Sampai di tempat yang kami tuju, tertera nama  “Warung Pandanwangi”. Warung yang mengambil bagian depan rumah pemiliknya ini cukup asri. “Tapi kok sepi ya, opo ga enak?, gumam saya. Saya dan mbak Nenk pun segera memesan  satu porsi iga bakar, satu porsi iga penyet dan dua gelas es jeruk nipis. Sepuluh menit kemudian menu pesanan kami datang. Pada pandangan pertama saya lihat kedua hidangan iga sapi ini cukup lezat . Iga penyet dihidangkan di atas cobek kecil, lengkap dengan sambel di atasnya. Sambelnya juga kelihatannya cukup enak karena ada potongan jeruk sambelnya juga. Beda dengan iga penyet yang dihidangkan diatas cobek, menu iga bakar warung ini kelihatan lebih menggoda. Daging iganya tampak lebih mengkilap, mungkin karena kecap dan bumbu yang ikut dibakar. Oh ya, jika kita memesan kedua menu ini, di dalamnya sudah termasuk nasi putihnya juga.

Awalnya saya makan iga penyet, karena memang itulah menu pilihan saya. Alasannya karena saya ingin membandingkannya dengan iga penyet yang ada di salah satu restoran di kota buaya. Pertama saya icip si sambel, Cesss...!! meskipun kelihatan seperti banyak tomatnya, tapi sambelnya cukup pedas. Rasanya pun semakin dipernikmat oleh irisan jeruk sambel. Kalau iga penyetnya sendiri, taste yang terasa di lidah cukup enak. Iga yang digoreng lalu dipadukan dengan sambel ini memang mantap.

Karena melihat tampilan iga bakar yang dipesan mbak saya cukup menggoda, saya pun minta sepotong iga bakar itu. Clep..!!, satu potong kecil iga bakar masuk ke mulut saya, dan wow, rasanya sangat enak! Kalau menurut Pak Bondan mungkin mak crusstt... Bumbu khasnya yang bercampur dengan kecap itu, menyelimuti iga dengan sempurna, ditambah aroma bakar yang semakin memperkaya rasanya. Iga bakar ini memang sedikit lebih alot daripada yang pernah saya makan sebelumnya. Namun, justru agak alot inilah yang membuat kita akhirnya harus menggigit iga itu. Dengan begitu, rasa iga bakar akan semakin terasa sampai ke akar gigi :p

Menurut saya, ukuran kedua menu iga ini cukup besar, sebesar tiga ruas tulang iga. Jangan lupa minuman jeruk nipis agar lemak-lemak yang tertimbun bisa digelontor oleh minuman ini. Setelah menghabisi iga ini dengan sukses, saya langsung berpikir, “Berapa hargane ya? Sepertinya mahal”. Oke, saya pun ke kasir. Mbak Nenk tanya ke pemiliknya, “Iga penyet, iga bakar, es jeruk nipis dua. Berapa?”. Si pemilik warung pun menjawab, “Dua puluh lima ribu rupiah”. Hweee... saya spontan bilang, “Kok murah?”.  Dan si ibu dengan senyum nya berujar, “Pengen tak mundakno ta regane?”

Di Warung Pandanwangi ini, ternyata satu porsi iga, baik bakar maupun penyet, dibanderol dengan harga Rp. 10.000,- saja. Dengan harga segitu sudah termasuk nasi putih, sambel dan lalapan. Murah khan? Selain menyediakan menu iga, warung yang terletak di Jl. Hayam Wuruk 172 Jember ini ternyata juga menyediakan menu-menu nikmat lainnya, seperti garangasem, gurame bakar, tahu telur, salad buah, dll. Semua menu ini tentunya ditawarkan dengan harga yang cukup terjangkau. Enjoy!:)

Ads Inside Post