Senin, 11 April 2011

Enjoy My Journey


Text   : Prila Nusanti | Photo : Irfan Syafur

Hari itu tanggal 21 Desember, saya lagi jenuh sekali dengan kerjaan yang hanya itu-itu saja, nggak ngerti apa yang mau dikerjain. Akhirnya saya email-email-an dengan seorang kawan lama, namanya Anggun, cerita nggak jelas ngalor-ngidul sampai akhirnya dia punya ide ngajak traveling ke Kepulauan Seribu tapi dengan budget minimal. Wew, boleh juga tuh! Hehe. Biar perjalanan ini tambah rame, sayapun menghubungi mas Irfan untuk gabung, dan alhamdulillah dia mengiyakan ajakan saya. Oke, anggota jadi bertambah satu. Sebenarnya saat itu saya masih dalam masa transisi dari tempat kerja saya yang lama ke yang  baru, jadi jujur saja saya belum ada pemasukan dan mengandalkan sisa uang saya di tabungan yang tinggal beberapa ribu saja. Tidak ada pilihan lain lagi selain ngutang dulu, dari pada tidak jadi berangkat. Dan ternyata mas Teguh-lah orang baik itu, yang rela  meminjami saya ongkos selama traveling ini,dan juga akhirnya memutuskan untuk ikut, thanks ya pak:). Diluar dugaan ternyata mas Irfan mengajak tiga orang temannya lagi, mas Amri, mas Khulafa dan mas Hamtaro, wohoo jadi tambah rame, asyikk!:D 


Setelah diskusi akhirnya kami putuskan tanggal 25 Desember untuk berangkat ke Kepulauan Seribu selama dua hari, dengan hanya bermodal tangan hampa, senyum ramah dan belas kasih tentunya. Dengan waktu yang hanya dua hari, tidak mungkin bagi kami untuk menjelajah banyak pulau jadi kami tetapkan tujuan kami di Kepulauan Seribu hanya Pulau Pramuka dan Semak Daun saja.

Pagi itu kami berangkat jam 5 dari kos karena kapal yang akan kami tumpangi dijadwalkan berangkat jam 7 dari Muara Angke. Namun pada kenyataannya, meskipun belum waktunya berangkat tapi kalau muatan kapal sudah penuh kadang bisa langsung berangkat. Kami beruntung karena kapal yang akan kami tumpangi saat itu masih belum begitu penuh sehingga kami bisa mencari posisi tempat duduk yang lumayan pas untuk mencari spot foto yang bagus, hehe.


Sampai di Pulau Pramuka sekitar jam 10.30 wib, dan saya sudah lapar sekali. Planning awal saya saat sampai di pulau ini adalah mencicipi kuliner lokalnya yaitu Sate Gepuk. Bahan dasar utama sate ini bukan dari dari daging ayam atau kambing tapi dari daging ikan. Hampir sama seperti otak-otak ikan sih tapi yang ini dibakar bukan digoreng. Saya berkeliling pulau untuk mencari kuliner yang katanya maknyus ini tapi nihil. Saat saya tanyakan kepada penduduk setempat, eh lhakok malah ditawarin nasi padang. Walaaah, masak jauh-jauh ke sini makannya nasi padang. Kalau nasi padang sih nggak usah jauh-jauh ke Pulau Pramuka, disekitar kos saya juga ada, heu. Setelah muter-muter lagi cari tempat makan akhirnya kami menemukan warung yang menyediakan menu sop dan nasi goreng. Ah tak apalah seadanya saja, daripada perut ini makin menyiksa. Sayapun tergiur untuk mencoba nasi goreng rasa ikan asin, rasanya lumayan enak tapi lumayan juga sih harganya:)


Setelah perut terisi lalu kami mencari persewaan kapal yang akan mengantar kami ke tujuan selanjutnya yaitu Pulau Semak Daun. Biaya sewa kapal 300 ribu. Biaya ini juga sudah termasuk biaya untuk mengantarkan kami ke spot snorkeling di sekitar Pulau Semak daun. Untuk alat snorkeling-nya sendiri kami harus merogoh kocek lagi sebesar 35 ribu rupiah untuk membayar sewanya. Umumnya, bagi yang baru pertama kali snorkeling seperti kami, terlebih dahulu akan dilatih bagaimana mengatur pernafasan di dalam air. Latihan ini penting dilakukan apalagi bagi yang belum bisa berenang seperti saya ini.


Kira-kira sudah hampir satu jam lebih kami latihan. Setelah dirasa cukup bisa oleh instruktur kami akhirnya tibalah saatnya kami bersnorkling beneran. Kami diajak ke spot-spot snorkeling yang ternyata memang bagus banget. Terumbu karang yang merupakan habitat para ikan masih bagus sehingga tak heran jika masih banyak ikan-ikan berlalu lalang didepan mata saya. Puas bersnorkling ria, selanjutnya kami mencari spot yang aman untuk mendirikan tenda karena kami berniat bermalam di pulau ini.


Nggak afdol rasanya kalau kita berada di suatu pulau kecil yang sepi tanpa menikmati sunset-nya. Setelah tenda rampung didirikan, kamipun berburu sunset di ujung pulau. Astaga, bagus banget! Malamnya kami ada planning untuk membuat api unggun namun sayangnya karena lagi musim hujan alhasil kayu yang ada semuanya basah. Akhirnya kami hanya bisa ngumpul di sekitar lampu ublik  sambil cerita ngalor-ngidul ditemani nasi mie instant yang notabene lebih berasa air laut daripada bumbunya, sigh. Mie inilah yang sukses membuat saya diare semalaman. Sejak kejadian yang menyiksa ini, waktu itu saya berjanji nggak akan makan mie instant selama sebulan kedepan, huhu padahal saya suka makan mie.


Diluar dugaan, tengah malam hujan deres disertai angin yang lumayan kencang dan sempat membuat tenda kami goyah, syukurlah cuma sebentar jadi kami bisa melanjutkan mimpi kembali. Keesokan paginya saya bergegas bangun untuk mengejar matahari, hehe lebay, maksud saya sunrise. Sayangnya karena cuaca mendung, indahnya matahari terbit yang saya mimpikan semalem tetap menjadi mimpi, poor me. It’s okay, memang kondisi alam susah ditebak apalagi musim penghujan seperti ini.


Akhirnya, sekitar jam 8 pagi kami dijemput kapal yang kami sewa, yaahh acara senang-senangnya akan segera usai. Tuhan memang sayang kepada hambanya yang sabar, sesampainya di Pulau Pramuka saya akhirnya mendapatkan kuliner yang saya pengen, yap! Sate Gepuk! Hurrayyy..!!  This is the most important thing that you must try at this place:). Puas melahap Sate Gepuk kamipun melanjutkan perjalanan menuju Jakarta, membawa banyak cerita pengalaman seru selama traveling ini.

Ads Inside Post