Minggu, 27 Desember 2009

Dell Vostro 1014


Awalnya dengan budget 6 juta saya bingung harus membeli notebook apa, yang jelas notebook yang saya beli nantinya harus punya kemampuan yang lumayan mumpuni dan juga kuat jika saya gunakan dalam waktu lama. Setelah browsing dan berdiskusi dengan beberapa teman akhirnya pilihan saya jatuh ke Dell Vostro 1014.

Kalau di internet rata-rata notebook ini dibandrol dengan harga $619. Pertimbangan saya, jika beli lewat internet kebanyakan pakai ongkos kirim, hmmm bisa-bisa melebihi budget nih. Belum lagi beli screenguard LCD, softcase dan mouse, wah bener-bener overbudget kalau diturutin.

Dengan harga segitu kita bisa dapat spesifikasi notebook yang lumayan bagus, menurut saya :). Ini spesifikasi lengkap Dell Vostro 1014

Bagaimana? Kalau menurut saya sih dengan harga segitu, spec seperti ini sudah lumayan. Hehe. Belum lagi saya belinya pas ada pameran, akhir tahun seperti ini pula, sudah pasti bonusnya lebih. Capcus! Waktu itu harganya setelah di kurs kan rupiah menjadi 5.880.500, dapat potongan harga menjadi 5.750.000, driver + cd linux ubuntu + tas sudah pasti dapat. Belum cukup itu, saya juga diberi 3 lembar voucher potongan harga masing-masing 50 ribu untuk membeli softcase, screenguard dan keyboardguard. Weeeh mantab dah!

OS yang saya gunakan adalah windows XP SP3, awalnya driver wi-fi dan bluetooth tidak bisa diinstall, saya pikir apa drivernya yang tidak update, akhirnya saya coba download langsung dari situsnya Dell. Namun setelah saya install seperti biasa tetap saja keluar notification "driver not compatible with hardware", saya ulangi berkali-kali dan sempat juga saya install ulang Os-nya tapi tetap saja seperti itu, arrghhh sampai pusing saya.

Dari forum sebenarnya juga sudah ada yang bilang, kalau ada driver yang failed saat diinstall, coba pakai cara manual lewat device manager. Awalnya ya saya buka device manager, pilih update driver, lalu saya centang source dari CD rom kemudian update gitu, ternyata bukan begitu maksudnya, dasar saya yang dudul, hehehe. Ternyata begini, meskipun failed, driver tersebut tetap ter unzip di folder dell, nah sourcenya waktu meng update jangan pilih yang dari CD room tapi dari folder yang sudah ter unzip tadi. Ingat, klik terus subfoldernya sampai button OK menyala, setelah itu langsung klik dah.

Kekurangan dari notebook ini yang saya rasakan adalah letak speakernya yang berada di bawah, jadi suara kurang bisa maksimal. VGA nya juga masih onboard, sampai saat ini masih itu yang saya rasakan, semoga tidak ada lagi kekurangannya. Kalau kelebihannya yang paling membuat saya tersenyum senang adalah baterainya yang tahan lama, pada waktu pertama kali digunakan, saat start up tertulis 4:10 hours (100%). Overall, sampai saat ini saya masih puas dengan notebook ini.

Mungkin itu saja review dari saya, semoga bermanfaat.

nb : Kalau ada info yang bermanfaat tentang notebook ini mohon bagi-bagi ya:)

Jumat, 20 November 2009

Treading on Penanjakan

Tempat yang paling ideal untuk menikmati sunrise adalah diatas gunung, tapi tidak mudah untuk mendaki gunung dan mencapai puncaknya. Namun puncak dengan tinggi lebih dari 2500 mdpl ini dapat kita capai dengan mudah karena sudah banyak tersedia kendaraan sewa 4WD yang siap mengantarkan kita sampai puncak.

Penanjakan merupakan salah satu view point terbaik untuk melihat sunrise. Keelokannya sudah dikenal banyak pelancong asing maupun domestik. Maka jangan heran jika melihat banyak turis dari berbagai negara yang berkumpul disana.

Perjalanan menuju Penanjakan kami tempuh sekitar 2,5 jam dari Surabaya. Tentu saja waktu tempuh itu bisa kami capai saat malam hari karena jalanan masih sepi.

Dari Surabaya, mengarahlah ke selatan sampai pertigaan Purwosari, ambil yang ke arah kiri menuju daerah Tutur dan ikuti papan petunjuk ke Penanjakan. Ikuti terus hingga masuk daerah Tosari kemudian jalan akan mulai berkelok-kelok dan sempit tapi dengan aspal yang mulus. Semakin ke atas kita akan melewati pabrik susu di daerah Puspo, kemudian kita akan melewati hutan pinus, ikuti terus hingga sampai di pos penjagaan.

Kami berdelapan sampai di pos tepat jam 4 pagi. Saat keluar dari mobil, hawa dingin sudah menyambut kami. Saya yang dari tadi ngempet mau buang air kecil langsung ngacir ke kamar mandi. Brrr! dingin sekali airnya.

Tiket masuk Penanjakan relatif murah, karena kami bawa mobil sendiri jadi kami kena biaya parkir mobil, tapi tetap saja masih terjangkau, hehe. Tak berapa lama kemudian rombongan kendaraan 4WD juga sampai di pos, kebanyakan yang duduk manis didalamnya adalah para bule.

Setelah administrasi dan perijinan selesai, kami langsung tancap gas menuju puncak, karena sayang sekali jika sampai puncak, matahari sudah terbit. Saat sampai lokasi puncak, ternyata kami termasuk rombongan terakhir karena disana para bule dan pelancong domestik sudah PW (baca : posisi wuenak) dengan posisinya masing-masing. Menunggu sunrise dan mencari angel yang tepat untuk berfoto-foto ria.Crap!

Setelah mencari-cari akhirnya dapat juga tempat yang ciamik. Kalau dari posisi para pelancong-pelancong tadi, kita masih harus turun beberapa meter lagi. Tempatnya luas dan cukup datar, pas untuk nge-ground.

Subhanallah. Amazing bin awesome! Meskipun tidak mendapat "The Famous Sunrise" itu tapi didepan sudah terhampar pemandangan luar biasa. Pemandangan deretan 3 gunung plus lautan pasir memanjakan mata kami. Gunung Batok, Gunung Bromo, dan puncak tertinggi di pulau Jawa, Mahameru. Ditambah kabut tipis diantara gunung-gunung tadi yang perlahan tersingkap oleh angin, membuat saya tertegun beberapa detik. Perpaduan yang pas antara keindahan dan kemegahan.

Photo session-pun dimulai, hehe. Karena keasyikan, tanpa terasa matahari sudah mulai terasa panas. Akhirnya kami putuskan kembali ke atas. Sesampainya diatas, kami sedikit kaget, kemana orang-orang yang ramai tadi? Ternyata mereka sudah duluan turun ke Bromo. Sepi, jadi hanya tinggal kami dan seorang petugas kebersihan yang sedang menyapu saja yang masih ada disana.krik.krik.krik

Kami baru sadar ternyata medan yang kami lalui semalam cukup bikin ngeri, bagaimana tidak jalan yang kami lewati dengan sedikit ngebut semalam ternyata sampingnya jurang terjal mengerikan. Alhamduillah ternyata Allah SWT masih sayang dengan kami(:

Overall, Penanjakan memang ciamik soro (baca : bagus sekali). Likes this-lah pokoknya.Perjalanan kami tidak sampai sini saja karena tujuan kami selanjutnya adalah menuruni bukit menuju lautan pasir, melewati Gunung Bromo dan ke air terjun impian saya, Madakaripura. Tapi tidak saya ceritakan disini, insya Allah akan ditulis teman saya dilain waktu. Coming soon...

Special thanks to :
Hudan atas mobilnya dan Harys
yang nyetirin mobil kami, driver handal kamu boy!

Rabu, 04 November 2009

Memorable Sempu

Alhamdulillah, akhirnya tercapai juga mimpi saya untuk menjelajah pulau Sempu bersama teman-teman kuliah saya. Awalnya saat H-2 saya sempat ragu untuk ikut karena kondisi kesehatan yang kurang memungkinkan, badan meriang, batuk ditambah lagi teman saya bilang ini adalah gejala demam berdarah. What?! DB?! Seketika itu juga bayangan indahnya pulau Sempu tiba-tiba berubah menjadi salah satu kamar inap di RS Haji. Astagfirullah, cepat-cepat saya hilangkan pikiran itu. Sampai akhirnya, dengan berbekal do'a dan mimpi ingin melihat indahnya Sempu, saat hari H saya ikut juga.

Berangkat dari Surabaya sekitar jam dua belas malam menggunakan tiga buah mobil, kami ber dua puluh dua orang meluncur menuju arah Malang. Perjalanan pada malam hari jelas lebih menghemat waktu karena jalanan yang masih sepi. Setelah beberapa saat istirahat di POM bensin daerah Turen, kami lanjutkan perjalanan melewati jalan pegunungan yang tidak terlalu lebar dan yang pasti berkelok-kelok menuju selatan Malang.

Sekitar jam setengah tujuh pagi, sampai juga kami di pantai Sendang Biru. Harus saya akui, baru pertama kali ini saya pergi ke pantai pagi-pagi. Tenang dan menyejukkan. Sendang Biru cukup bersih, yah paling tidak saya tidak menjumpai benda bulat lonjong berwarna 'kuning keemasan' yang berseliweran. Mobil kami titipkan di halaman salah seorang warga Sendang Biru, pak Kardi namanya.

Jangan harap ada kapal sejenis Titanic dengan segala kemewahannya disini karena perjalanan dari Sendang Biru ke Sempu hanya butuh waktu sekitar 10 menit, jadi perahu motor sederhana saja rasanya sudah cukup, hehe. Sistem sewa perahu disini adalah antar jemput, jadi kita harus janjian dulu ingin dijemput jam berapa dari Sempu karena sinyal seluler di Sempu kurang bagus.

Seperti kebanyakan daerah konservasi pantai lainnya, tepian pulau Sempu juga ditumbuhi bakau yang lumayan besar. Saat itu air masih pasang sehingga perahu bisa mengantar kami sampai bibir pulau. Tujuan utama menjelajah Sempu adalah melihat Segara Anakan. Sebuah cekungan besar berisi air laut yang dikelilingi batu karang, sehingga terlindung dari ganasnya ombak Samudera Hindia.

Track yang harus dilalui untuk sampai ke Segara Anakan adalah jalan setapak yang medannya berupa tanjakan dan turunan, sulur dan akar pohon yang besar-besar tidak pernah hilang dari pandangan. Terkadang kita juga harus melompati pohon besar yang tumbang, melewati jembatan kecil dan juga bebatuan. Suara kicauan burung dan bau khas hutan di pagi hari sungguh membuat saya lupa kalau sebenarnya kami semua belum sarapan. Krukk. Krukk. Hahaha whatever, saat itu yang ada di pikiran saya adalah sesegera mungkin melihat Segara Anakan yang eksotis itu.

Setelah kira-kira 45 menit berjalan, suara gemuruh ombak mulai terdengar. Rasa ingin tahu saya semakin membuncah saat mulai terlihat bakau yang menandakan bahwa pantai sudah dekat. Dan tak lama kemudian pemandangan Segara Anakan sudah tersaji di depan mata. Subhanallah, airnya jernih, tenang, pasirnya putih dan dikelilingi karang yang ditumbuhi pepohonan hijau. Namun sayang pemandangan yang apik itu jadi ada nilai minusnya akibat sampah pengunjung yang berceceran.

Selain dari tepian, keindahan Segara Anakan juga bisa dinikmati dari atas tebing karang. Lebih bagus malah. Jadi jika kita melihat dari atas tebing, di sisi utara kita bisa melihat Segara Anakan yang warna airnya terlihat hijau dan di sisi selatan adalah birunya Samudera Hindia yang luas dengan barisan karang-karangnya yang besar. Sungguh perpaduan yang apik antara keindahan dan kemegahan.

Sebenarnya sih sudah ada papan larangan untuk tidak memanjat tebing karang ini tapi dasar manusia, semakin dilarang, rasa penasaran akan semakin menjadi-jadi. Akhirnya saya, Hudan, Faridz, Ita, Nimas dan Kak Ayu nyerah dengan rasa penasaran kami, nekat bergelantungan manjat tebing karang, kapan lagi nyobain rockclimbing seperti ini, kalau di kota mah yang ada hanya panjat pinang itu saja setahun sekali waktu Agustusan.

Sempat terjadi perdebatan apakah dari Segara Anakan mau langsung pulang atau tracking lagi ke pantai Pasir Panjang. Setelah berembuk akhirnya dicapai kesepakatan untuk tracking lagi ke Pasir Panjang. Untuk menuju pantai ini harus melewati 3 pantai lagi dari Segara Anakan yang artinya kami harus naik turun bukit sebanyak empat kali lagi. Wew! Jadi inget soundtrack ninja Hattori yang versi Indonesia. Ternyata setelah pantai kedua, beberapa orang teman sudah nyerah untuk melanjutkan ke Pasir Panjang. Akhirnya kami putuskan untuk kembali menuju tempat jemputan perahu.

Saya tidak tahu nama pantai kedua ini, yang jelas pantai ini tidak kalah bagus dengan Segara Anakan. Bedanya, kalau di Segara Anakan airnya cukup tenang sedangkan di pantai ini karena langsung berhadapan dengan Samudera Hindia jadi ombaknya cukup besar.Sangar!

Pantai Selatan memang memiliki daya magis yang luar biasa. Membuat kebanyakan orang yang melihat akan senantiasa tertarik untuk mendekat meskipun ombak pantai selatan seperti itu, paling tidak salah seorang teman saya telah membuktikannya. Begitu excited-nya dia hingga peringatan dari kami sempat dia abaikan. Tak berapa lama kemudian datanglah ombak menerjang tubuhnya. Untungnya saat itu dia berpegang erat pada karang di depannya sehingga bisa dia jadikan tumpuan. Beberapa dari kami yang dari tadi terus mengawasi secara spontan berlarian menjemputnya, ternyata kakinya kram makanya dia tidak segera menghindar tadi. Alhamdulillah, tidak jadi masuk berita surat kabar lokal.

Perjalanan pulang menuju tempat jemputan perahu membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan saat berangkat karena selain stamina yang sudah terkuras, ada salah seorang teman yang kakinya kram sehigga perlu istirahat agak lama. Untuk tips, sebaiknya jangan menggunakan sandal jepit saat tracking ke Sempu, terlebih lagi sandal klompen, karena medan yang naik turun dan agak licin sangat beresiko membuat kita terpeleset dan kram. Gunakan sandal gunung atau sepatu yang grid bagian bawahnya cukup kasar.

Kami tiba di bibir pulau sekitar jam 1 siang dan tarraaaa..!!! Air sudah sudah surut dan perahu berada agak jauh ke tengah teluk sodara-sodara! Mari lanjutkan perjuangan menuju perahu melewati karang-karang kecil yang lumayan tajam. Sebenarnya sih bukan masalah bagi saya tapi karena kaki saya saat itu sudah lecet, jadi saat terkena air laut bisa tahu sendiri perihnya gimana. Aihh! Salah satu lirik lagu Anggur Merah milik almarhum bang Meggy ternyata bener.

Fasilitas di Sendang Biru cukup lengkap, mulai dari penginapan, mushola, tempat parkir hingga toko kelontong. Oiya yang paling penting adalah toilet umum karena setelah tracking di Sempu, badan yang kotor dan cuaca pantai yang cukup panas akan membuat kita ingin segera mandi. Terdapat enam toilet umum di Sendang Biru yang tentunya kita harus bayar, waktu itu saya dapat toilet yang atapnya terbuka, jadi jika melihat ke atas yang terlihat ya langit dan pepohonan, tidak jarang juga burung-burung berseliweran di atas saya. Untung tidak ada yang pengen, liat temannya mandi. Haha.

Satu hal yang paling saya syukuri selain kami semua selamat sampai rumah atau kos masing-masing adalah cuaca saat di Sempu cukup cerah dan hanya sedikit mendung, tidak sampai hujan. Sungguh pengalaman yang memorable.

Special thanks to:
Hudan, Faridz, dan Wakhid, para driver tangguh yang nyetir mobil kami pulang pergi Sendang Biru - Surabaya. Setiadi untuk kamera w-150 nya, kameramu memang keren Setz, teman-temanku mengakuinya, haha. Hanif untuk tripodnya, berkat tripodmu kami bisa foto full team dan salah satu hasil fotonya dinobatkan sebagai foto terbaik, versi kami tentunya, hehe. Teman-temanku semua, dua puluh dua orang yang goxkil abis, persiapkan travelling selanjutnya.

Sabtu, 03 Oktober 2009

Suramadu On The Spot

Puasa tidak menyurutkan niat kami untuk menyeberang ke Madura pagi-pagi buta. Ya, puasa memang bukan alasan untuk kita bermalas-malasan. Paling tidak begitu teorinya.

Tepatnya 3 hari sebelum lebaran, saya bersama beberapa teman akhirnya jadi juga menyeberang ke pulau penghasil garam terbesar di negara kita ini. Sebenarnya tujuan utama bukan ke Maduranya, tapi nyeberang via Suramadunya yang ingin kami lakukan soalnya ada salah satu teman dari Bandung yang katanya belum pernah lewat jembatan yang jadi icon baru Surabaya itu. Rencana awal sih setelah sholat subuh langsung siap-siap kemudian jam 5 berangkat, tetapi karena sebagian besar jam kita adalah jam 'karet' jadi sesuai dengan sifat karet yang elastis maka jam keberangkatan kamipun juga begitu. Elastis disini sudah biasa diartikan molor, bukan lebih awal.

Sudah seperti club motor saja posenya :)

Awalnya sempat kaget karena semalam sebelumnya yang berikrar ingin ikut hanya segelintir orang saja, eh saat hari H bisa rame begini. Dari hanya 6 orang jadi 13 orang, wah..seru!! Kami start dari sekitaran bundaran ITS , kira-kira setengah enam kami berbondong-bondong menuju Suramadu, sudah seperti orang mau kampanye parpol saja kami ini:)

Menatap Suramadu dari sisi Surabaya

Kami putuskan untuk tidak langsung menyeberang, kami sempatkan dulu menikmati Suramadu dari sisi Surabaya. Melihat-lihat sebentar kemegahan jembatan yang diperkirakan tahan untuk waktu 100 tahun ini dan tentu saja mengambil gambar. And 3..2..1..chheerrss! Yap! inilah awal kenarsisan kami di depan kamera,hahaha.

Puas mengambil gambar kamipun putar balik masuk gerbang tol Suramadu. Beruntung saat itu masih sepi jadi kami tidak usah antri untuk membayar karcis masuk. Didepan sudah terpampang pemandangan selat Madura yang bisa dibilang sudah tidak biru lagi tapi tidak apalah yang penting ini pengalaman pertama lewat Suramadu, mungkin ini yang ada di benak teman saya itu.

Contoh berlalu lintas yang tidak baik :D

Saat hampir di tengah jembatan, kenarsisan kamipun mulai muncul lagi. Tanpa perlu komando, Erma sang fotografer yang rela kami bayar hanya dengan ucapan terima kasih langsung jeprat jepret mengabadikan kenarsisan kami. Karena asyik berpose, sejenak kami lupa kalau ini adalah jalan umum sehingga tidak jarang bunyi klakson terdengar dari motor yang ingin mendahului. Hehheee maafkan khilaf kami ya om.

Foto favorit saya :p

Ternyata tidak sampai disitu saja kenarsisan kami, sesampai di sisi Madura, baru saja markir motor sudah pasang gaya sendiri-sendiri, wah wah wah sudah seperti artis top saja, hehehe. Suasana pagi itu cerah sekali, jadi ini adalah timing yang tepat untuk mengambil gambar, begitu teori yang saya peroleh dari eyang google.

Manipulasi pengambilan gambar, bukan editan

Bosan dengan spot sebelumnya, kamipun pindah. Bukit kecil di pinggir jalanpun tidak luput jadi korban kenarsisan kami. Meskipun terlihat agak susah untuk naik, ditambah sinar matahari yang sudah mulai panas toh tidak menyurutkan niat kami untuk foto disitu. Saatnya kenarsisan berkuasa, hahaha.

Nunggu nunutan truk ta rek? :D

Menurut saya kurang afdol rasanya kalau kita pergi kesuatu tempat tanpa berfoto dengan latar belakang tulisan, tanda, atau apalah yang menunjukkan kita pernah ke tempat itu. Kalau tidak begitu takutnya dibilang omong gondrong.

Ita yang ambil gambar. Likes this! :)

Jalan-jalan pagi kali ini memang cukup seru, meskipun hanya sebentar tapi cukup mengobati kekecewaan saya yang liburan panjang kemarin tidak bisa kemana-mana karena alasan klasik. Tidak ada dana. Hahhhh saatnya menabung for next destination. Amin.

nb : terima kasih untuk kalian semua rek, ayo jalan-jalan lagi :)

Jumat, 28 Agustus 2009

Tag Cloud Cumulus

Saat iseng browsing, beberapa waktu yang lalu saya melihat salah satu blog dengan bentuk label yang unik. Kalau biasanya dalam bentuk list, blog yang saya lihat ini labelnya seperti melayang-layang. Jika kursor kita arahkan ke label tersebut maka label itu akan berputar. Wew, saya cukup terkesan saat pertama kali melihatnya.

Setelah browsing Mbah Google akhirnya saya tahu kalau itu namanya tag cloud. Hehe. Setelah dapat tutorialnya, tanpa pikir panjang langsung saja saya praktekkan.
Cara membuatnya cukup mudah, tinggal ikuti cara dibawah ini :

1. Sign in ke blogspot

2. Klik tata letak

3. Klik tambah gadget lalu klik label

4. Simpan dulu label tersebut

5. Klik edit HTML

6. Beri centang pada kotak expand template widget

7. Cari kode di bawah ini :

<b:section class='sidebar' id='sidebar' preferred='yes'>

Untuk memudahkan, tekan ctrl+f pada keyboard lalu copy kode dibawah kemudian paste di kotak dialog.

8. Setelah ketemu, letakkan kode dibawah ini dibawah kode diatas tadi.

<b:widget id='Label1' locked='false' title='Labels' type='Label'><b:includable id='main'>
<b:if cond='data:title'>
<h2><data:title/></h2>
</b:if>
<div class='widget-content'>
<script src='http://halotemplates.s3.amazonaws.com/wp-cumulus-example/swfobject.js' type='text/javascript'/>
<div id='flashcontent'>Blogumulus by <a href='http://www.roytanck.com/'>Roy Tanck</a> and <a href='http://www.bloggerbuster.com'>Amanda Fazani</a></div>
<script type='text/javascript'>
var so = new SWFObject(&quot;http://halotemplates.s3.amazonaws.com/wp-cumulus-example/tagcloud.swf&quot;, &quot;tagcloud&quot;, &quot;240&quot;, &quot;300&quot;, &quot;7&quot;, &quot;#ffffff&quot;);
// uncomment next line to enable transparency
//so.addParam(&quot;wmode&quot;, &quot;transparent&quot;);
so.addVariable(&quot;tcolor&quot;, &quot;0x333333&quot;);
so.addVariable(&quot;mode&quot;, &quot;tags&quot;);
so.addVariable(&quot;distr&quot;, &quot;true&quot;);
so.addVariable(&quot;tspeed&quot;, &quot;100&quot;);
so.addVariable(&quot;tagcloud&quot;, &quot;<tags><b:loop values='data:labels' var='label'><a expr:href='data:label.url' style='12'><data:label.name/></a></b:loop></tags>&quot;);
so.addParam(&quot;allowScriptAccess&quot;, &quot;always&quot;);
so.write(&quot;flashcontent&quot;);
</script>
<b:include name='quickedit'/>
</div>
</b:includable>
</b:widget>

9. Klik preview, jika sudah berhasil baru disimpan. Jika belum berhasil maka teliti lagi langkah-langkah yang kamu lakukan diatas.

10. Selamat mencoba, semoga bermanfaat :)

nb :

- Jika ingin merubah ukuran tag cloud maka cari kode dibawah ini lalu ganti ukurannya dengan mengganti angka 240 dan 300 sesuai keinginan kamu.

var so = new SWFObject(&quot;http://halotemplates.s3.amazonaws.com/wp-cumulus-example/tagcloud.swf&quot;, &quot;tagcloud&quot;, &quot;240&quot;, &quot;300&quot;, &quot;7&quot;, &quot;#ffffff&quot;);

- Jika ingin merubah kecepatan tag maka ganti angka 100 pada kode dibawah ini sesuai keinginan kamu. Semakin besar angkanya maka semakin cepat.

so.addVariable(&quot;tspeed&quot;, &quot;100&quot;);



Flashdisk Kingston 256 GB


Setelah beberapa waktu lalu merilis flashdisk Data Traveler 200 berkapasitas 128 GB, baru-baru ini Kingston membuat gebrakan lagi dengan meluncurkan flashdisk berkapasitas 256 GB yang setara dengan kapasitas 365 CD. Flashdisk yang diberi tajuk Data Traveler 300 ini, digadang-gadang sebagai flashdisk berkapasitas paling besar di dunia saat ini. Benar-benar kapasitas yang fantastis bila dibandingkan dengan yang saya beli pertama kali dulu yang hanya berkapasitas 128 MB.

...................................................................................
“DataTraveler 300 akan memungkinkan pengguna menampung data dalam kapasitas raksasa, di mana saja mereka berada, yakni setara dengan kapasitas 365 CD. Ini menjadi bukti bagaimana teknologi flash berkembang”
...................................................................................

Flashdisk ini dilengkapi dengan software Password Traveler yang memudahkan pengguna untuk membuat dan mengakses password ke area yang terproteksi di flashdisk sehingga dapat memberikan perlindungan bagi area yang disebut Privacy Zone tersebut.

Selain kapasitas penyimpanannya yang besar, flashdisk ini diklaim memiliki kecepatan menulis sekitar 10MB/s dan kecepatan membaca hingga 20MB/s oleh perusahaan pembuatnya, Kingston. Untuk yang berminat, maka bersiap-siaplah untuk merogoh kocek lebih dalam karena flashdisk ini dibanderol dengan harga 657 Euro. Wah kalau saya mending beli laptop dulu dengan uang segitu. Hehe.

- dikutip dari berbagai sumber -

Jumat, 21 Agustus 2009

Marhaban Ya Ramadhan

Marhaban Ya Ramadhan.

Rasanya baru sebentar saja kita meninggalkan ramadhan tahun lalu, tapi sebentar lagi bulan suci yang penuh berkah itu akan tiba. Bulan yang penuh ampunan, bulan yang selalu dirindukan kedatangannya oleh setiap muslim karena dibulan ramadhan ini setiap amal perbuatan baik kita akan digandakan pahalanya.

Jadi mari kita bersama-sama membuka hati dan pikiran kita, sambut bulan suci ini dengan penuh suka cita dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat agar kita mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin.

Kamis, 23 Juli 2009

Camplong beach

Awal bulan Juli ini saya bersama beberapa teman pergi ke Sumenep untuk memenuhi undangan pernikahan salah satu teman kuliah dulu, tepatnya di daerah Kalianget. Perjalanan menuju Kalianget dapat kami tempuh dalam waktu kira-kira 4,5 jam menggunakan mobil yang kami sewa dari Surabaya.

Dalam perjalanan setelah melewati jembatan Suramadu hingga perbatasan Sampang - Pamekasan, hanya rasa bosan yang ada dipikiran saya karena di kanan kiri hanya terlihat rumah penduduk dan juga persawahan. Namun setelah memasuki daerah Pamekasan, wow pemandangan laut selatan pulau Madura tersaji di samping kami. Inilah pantai Camplong.

Jarak antara bibir pantai dan badan jalan hanya beberapa jengkal saja. Jadi sangat jelas bisa kami lihat indahnya pantai ini. Birunya langit yang nyaris tanpa awan memantul di permukaan air laut berpadu dengan coral dan pasir menimbulkan gradasi warna yang apik. Kapal layar nelayan yang hilir mudik menambah indahnya komposisi pemandangan ini.

Sayangnya saat tiba di pantai Camplong hari sudah siang sehingga air laut waktu itu lagi surut. Beberapa dari kami menyempatkan diri turun untuk sekedar merasakan segarnya air laut dan mengambil gambar.

Saat akan memasuki daerah Sumenep, saya melihat terdapat banyak kolam berukuran cukup luas berisi air di kanan-kiri jalan. Awalnya saya mengira itu adalah areal persawahan yang akan ditanami padi, ternyata itu adalah tambak garam.

Karena ini bukan pure acara travelling maka kami tidak bisa leluasa menikmati pemandangan pantai yang eksotis ini sebab tujuan utamanya adalah ke acara nikahan teman. Foto-foto pun juga seadanya, tapi semoga lain waktu entah kapan bisa kesini lagi dengan tujuan travelling.

Tambak garam

Minggu, 05 Juli 2009

Seafood Warung Bambu

Setelah sekian lama direncanakan, akhirnya baru rabu kemarin saya bisa menginjakkan kaki di tanah Madura tepatnya di Bangkalan. Berangkat dari kos jam 9 pagi bersama 3 orang teman,Setiadi, Fajar dan Angga, kami berempat mengendarai motor menuju rumah mas Ferdy. Kebetulan, mas Ferdy yang notabene adalah sesepuh kos-kosan sacharosa 63 saat ini, tinggal di daerah Bangkalan. Maka dari itu, sesampainya disana kami berempat diajak kuliner untuk mencicipi masakan salah satu warung makan seafood di daerah Martajasah,namanya "Matus". Terdengar asing bagi saya yang baru pertama kali ke Madura.

Karena saat dalam perjalanan perut sudah keroncongan, sesampainya di warung, tanpa basa-basi kamipun memesan satu kepiting asam manis, satu kepiting saus cuka, dua gurami bakar dan satu kakap merah. Oiya, ada salah seorang dari kami yang katanya tidak suka makan seafood dan daging, Angga namanya. Kalau dilihat dari cashing badannya sih mungkin banyak yang tidak percaya kalau dia tidak suka daging soalnya badannya tambun. Alhasil, dia memesan telor dan tempe bakar. What? Telor bakar? Kok barusan denger ya. Hehe.

Untuk minumannya, kami semua sepakat memesan es mega mendung, halah itu lho cola yang di tambahi susu lalu diberi es, mirip soda gembira gitu.

***

Pertama kali setelah semua makanan tersaji, mata saya langsung tertuju pada capit kepiting yang disajikan dengan bumbu asam manis. Saya pun berniat untuk mencicipinya dulu sebelum mencicipi makanan yang lain. Arrghh benar-benar membuat kelenjar air liur ini banjir.

Setelah berdo'a, dengan segera saya mulai mempreteli capit kepiting yang menggoda itu. Prakk! suara cangkang kepiting tadi yang pecah setelah saya gigit. Mulai saya buka dalamnya, uuwhh uap panas dari daging yang menyembul tadi langsung keluar, menimbulkan aroma yang sedap khas daging kepiting. Dicampur dengan bumbu buatan chef warung ini, asam, manis, gurih dan juga ada sedikit pedasnya, hmmm. Oiya, jangan lupa dengan sambel pencitnya (pencit : mangga muda,red) yang memiliki sensasi tersendiri bagi para penikmatnya, juga sambel kecapnya yang spicy, urrgh...mantab!

Puas dengan capit kepiting, saya mulai beralih ke daging kakap merah bakar. Kalau dari segi penyajian secara keseluruhan, saya rasa tidak ada yang special karena hanya disajikan dengan garnis irisan mentimun, tomat dan daun kemangi. Hanya saja, jika melihat dagingnya, arrgh...lihat saja, warnanya yang coklat kemerahan dengan permukaan yang gosong membuat jari ini ingin segera mencuil kemudian menikmatinya.

Ternyata tidak hanya sampai disini saja kuliner kami karena tidak beberapa lama setelah sampai di rumah mas Ferdy, mbak Etik yang hingga saat ini menjadi soulmatenya mas Ferdy, datang membawa semangkuk besar es kelapa muda,waaahh mantab! Secara hari masih siang dan entah kenapa saya merasa suasana di Madura saat itu lebih kering dari Surabaya jadi segelas es kelapa muda cukup bisa mennyegarkan tenggorokan.

nb : terima kasih buat mas Ferdy dan keluarga :)

Sabtu, 27 Juni 2009

Wisata Bahari Lamongan

Sebenarnya tidak ada plan khusus untuk liburanku kali ini karena awalnya memang tidak ada pikiran akan ke tempat ini, tapi tidak apa-apalah untuk menambah pengalaman. Awal ceritanya, senin malam aku bertemu Vivin dan Nimas di parkiran kampus, tiba-tiba mereka mengajak jalan-jalan ke WBL (Wisata Bahari Lamongan), karena hari rabu memang tidak ada kegiatan akhirnya aku mengiyakan ajakan mereka.

Kira-kira rabu pagi pukul 08.10 kami ber-9, ada Ari, Sukro, Nimas, Shinta, Vivin, Teddy, Laurent, mas Anton dan aku mulai meninggalkan Surabaya naik mobilnya Ari. Jalan Surabaya - WBL bisa dibilang bagus walaupun masih ada jalan yang bergelombang, namun tidak sampai kategori parah. Dalam perjalanan, tepatnya didaerah Gresik, di kanan kiri jalan banyak terdapat tambak, uwh benar-benar pemandangan yang menyejukkan mata. Sampai daerah Lamongan kira-kira pukul 10.00, dan kami langsung disuguhi pemandangan laut utara yang biru hingga ke tepiannya. Pada titik tertentu, jarak antara jalan dan laut sangat dekat jadi semakin membuat kami ingin cepat sampai ke tempat tujuan.

WBL dilihat dari jembatan penyeberangan menuju goa Maharani

Tak berapa lama kemudian akhirnya sampai juga di WBL, kondisinya saat itu ramai sekali, mungkin waktunya musim liburan jadi banyak yang memanfaatkannya untuk rekreasi, salah satunya di WBL ini. Setelah sarapan nasi bungkus yang sudah kami bawa dari Surabaya tadi, kamipun menuju Goa Maharani yang juga berada disekitar area WBL, hal yang pertama ada dalam pikiranku adalah sebuah pertanyaan "Apakah goa ini asli atau buatan?". Namun setelah masuk ternyata beneran asli euy, stalagtit dan stalagmitnya bagus-bagus bentuknya, mantab. Langsung saja take a pic untuk kenang-kenangan.

Didalam goa cukup panas maka dari itu oleh pengelola diberi beberapa blower supaya agak dingin. Puas melihat-lihat isi goa, kami melanjutkan ke ruang etalase batu-batuan mulia, wiiiihh keren abis, warna warni dan juga bermacam-macam bentuknya. Di dalam area Goa Maharani juga ada diorama hewan-hewan, pusat oleh-oleh dan juga mini kebun binatang. Yang membuatku berkesan adalah saat masuk area sangkar burung, disitu kita akan diberi beberapa biji-bijian kesukaan burung itu dan tidak berapa lama kemudian kita akan diserbu oleh kawanan burung itu. Tanpa takut burung itu akan bertengger di tangan kita sambil memakan biji-bijian yang kita bawa tadi, wih benar-benar pengalaman pertama nih ngasih makan burung sedekat ini.
Memberi makan burung

Salah satu wahana di WBL

Setelah sholat dhuhur, kami lanjutkan ke WBL-nya. Kondisi di dalam ramai sekali hingga di tiap-tiap wahana antrian cukup panjang. Karena kami malas mengantri lama-lama, kamipun mencari wahana yang agak sepi. Wahana yang pertama kami coba adalah rumah kucing, kemudian beberapa dari kami mencoba gokart. Setelah itu ada yang mencoba wahana ombak air, lalu taman berburu dan yang memicu adrenalinku, roaler coaster. Mungkin bagi yang pernah naik sudah biasa tapi apakah sudah pernah naik roaler coaster yang berada di dekat tebing? yang jika menghadap ke bawah bisa langsung terlihat laut? Kalau ingin mencoba, datang saja ke WBL ini.

Setelah mencoba wahana taman air

Wahana di WBL ini cukup lengkap, selain yang kami coba di atas juga terdapat rumah sakit hantu, dunia bawah air, rumah kaca, paus dangdut, rumah bajak laut dan masih banyak lagi. Kolam renang, flying fox, banana boat juga ada. Untuk yang ingin mengenal sejarah salah seorang wali di Jawa Timur, disediakan miniatur padepokannya, seperti mushola, gapura, rumah dan miniatur lainnya. Terdapat juga miniatur Texas City dengan icon Koboi dan Indiannya, beberapa dari kami sempat mencoba naik rodeo dan hasilnya kurang memuaskan, hanya beberapa detik saja langsung jatuh.

WBL ini juga memiliki pemandangan laut yang menakjubkan. Lautnya biru hingga ke tepian pantai, ombaknyapun tenang, khas pantai utara pulau Jawa. Begitu indah saat sore hari, jadi tidak aku sia-siakan untuk mengabadikannya.


Puas mencoba beberapa wahana, kamipun pergi mencari mushola setelah itu makan sambil menunggu magrib. Setelah sholat kamipun bergegas pulang karena takut kemalaman. Aku tidak sempat membeli oleh-oleh karena uang yang aku bawa sudah benar-benar habis, padahal di area WBL pusat oleh-oleh cukup lengkap. Mulai dari souvenir hingga kuliner semua ada tapi karena tidak ada uang jadi aku urungkan saja niatku. Semoga lain kali bisa kesana lagi.Amin.


nb : thank's to Setiadi untuk W150-nya, mantab hasilnya.

Ads Inside Post