Kamis, 23 Juli 2009

Camplong beach

Awal bulan Juli ini saya bersama beberapa teman pergi ke Sumenep untuk memenuhi undangan pernikahan salah satu teman kuliah dulu, tepatnya di daerah Kalianget. Perjalanan menuju Kalianget dapat kami tempuh dalam waktu kira-kira 4,5 jam menggunakan mobil yang kami sewa dari Surabaya.

Dalam perjalanan setelah melewati jembatan Suramadu hingga perbatasan Sampang - Pamekasan, hanya rasa bosan yang ada dipikiran saya karena di kanan kiri hanya terlihat rumah penduduk dan juga persawahan. Namun setelah memasuki daerah Pamekasan, wow pemandangan laut selatan pulau Madura tersaji di samping kami. Inilah pantai Camplong.

Jarak antara bibir pantai dan badan jalan hanya beberapa jengkal saja. Jadi sangat jelas bisa kami lihat indahnya pantai ini. Birunya langit yang nyaris tanpa awan memantul di permukaan air laut berpadu dengan coral dan pasir menimbulkan gradasi warna yang apik. Kapal layar nelayan yang hilir mudik menambah indahnya komposisi pemandangan ini.

Sayangnya saat tiba di pantai Camplong hari sudah siang sehingga air laut waktu itu lagi surut. Beberapa dari kami menyempatkan diri turun untuk sekedar merasakan segarnya air laut dan mengambil gambar.

Saat akan memasuki daerah Sumenep, saya melihat terdapat banyak kolam berukuran cukup luas berisi air di kanan-kiri jalan. Awalnya saya mengira itu adalah areal persawahan yang akan ditanami padi, ternyata itu adalah tambak garam.

Karena ini bukan pure acara travelling maka kami tidak bisa leluasa menikmati pemandangan pantai yang eksotis ini sebab tujuan utamanya adalah ke acara nikahan teman. Foto-foto pun juga seadanya, tapi semoga lain waktu entah kapan bisa kesini lagi dengan tujuan travelling.

Tambak garam

Minggu, 05 Juli 2009

Seafood Warung Bambu

Setelah sekian lama direncanakan, akhirnya baru rabu kemarin saya bisa menginjakkan kaki di tanah Madura tepatnya di Bangkalan. Berangkat dari kos jam 9 pagi bersama 3 orang teman,Setiadi, Fajar dan Angga, kami berempat mengendarai motor menuju rumah mas Ferdy. Kebetulan, mas Ferdy yang notabene adalah sesepuh kos-kosan sacharosa 63 saat ini, tinggal di daerah Bangkalan. Maka dari itu, sesampainya disana kami berempat diajak kuliner untuk mencicipi masakan salah satu warung makan seafood di daerah Martajasah,namanya "Matus". Terdengar asing bagi saya yang baru pertama kali ke Madura.

Karena saat dalam perjalanan perut sudah keroncongan, sesampainya di warung, tanpa basa-basi kamipun memesan satu kepiting asam manis, satu kepiting saus cuka, dua gurami bakar dan satu kakap merah. Oiya, ada salah seorang dari kami yang katanya tidak suka makan seafood dan daging, Angga namanya. Kalau dilihat dari cashing badannya sih mungkin banyak yang tidak percaya kalau dia tidak suka daging soalnya badannya tambun. Alhasil, dia memesan telor dan tempe bakar. What? Telor bakar? Kok barusan denger ya. Hehe.

Untuk minumannya, kami semua sepakat memesan es mega mendung, halah itu lho cola yang di tambahi susu lalu diberi es, mirip soda gembira gitu.

***

Pertama kali setelah semua makanan tersaji, mata saya langsung tertuju pada capit kepiting yang disajikan dengan bumbu asam manis. Saya pun berniat untuk mencicipinya dulu sebelum mencicipi makanan yang lain. Arrghh benar-benar membuat kelenjar air liur ini banjir.

Setelah berdo'a, dengan segera saya mulai mempreteli capit kepiting yang menggoda itu. Prakk! suara cangkang kepiting tadi yang pecah setelah saya gigit. Mulai saya buka dalamnya, uuwhh uap panas dari daging yang menyembul tadi langsung keluar, menimbulkan aroma yang sedap khas daging kepiting. Dicampur dengan bumbu buatan chef warung ini, asam, manis, gurih dan juga ada sedikit pedasnya, hmmm. Oiya, jangan lupa dengan sambel pencitnya (pencit : mangga muda,red) yang memiliki sensasi tersendiri bagi para penikmatnya, juga sambel kecapnya yang spicy, urrgh...mantab!

Puas dengan capit kepiting, saya mulai beralih ke daging kakap merah bakar. Kalau dari segi penyajian secara keseluruhan, saya rasa tidak ada yang special karena hanya disajikan dengan garnis irisan mentimun, tomat dan daun kemangi. Hanya saja, jika melihat dagingnya, arrgh...lihat saja, warnanya yang coklat kemerahan dengan permukaan yang gosong membuat jari ini ingin segera mencuil kemudian menikmatinya.

Ternyata tidak hanya sampai disini saja kuliner kami karena tidak beberapa lama setelah sampai di rumah mas Ferdy, mbak Etik yang hingga saat ini menjadi soulmatenya mas Ferdy, datang membawa semangkuk besar es kelapa muda,waaahh mantab! Secara hari masih siang dan entah kenapa saya merasa suasana di Madura saat itu lebih kering dari Surabaya jadi segelas es kelapa muda cukup bisa mennyegarkan tenggorokan.

nb : terima kasih buat mas Ferdy dan keluarga :)

Ads Inside Post