Senin, 01 November 2010

Baca Apa Saja Asal Bermanfaat


Saya sangat setuju dengan pepatah yang mengatakan kalau membaca itu adalah jendela dunia. Ya, memang begitulah kenyataan yang saya rasakan, pun juga bagi ibu saya. Sejak saya dan adik saya masih kecil, beliau memang sudah mengajarkan kepada kami supaya gemar membaca. Membaca apa saja, yang penting bermanfaat.

Orang tua, terutama ibu saya, tidak pernah merasa keberatan kalau anak-anaknya minta dibelikan buku. Malah kadang kami tiba-tiba dibelikan meskipun tidak minta. Dan akhirnya mau tidak mau, membaca menjadi salah satu hobi saya hingga sekarang, nggak tahu kalau adik saya, hehe.

Jujur saja, sejak dari kecil hingga sekarang, bacaan favorit saya adalah majalah, bukan komik, bukan juga novel, apalagi paper ilmiah. Entah kenapa tapi bagi saya membaca majalah itu nggak membosankan, bisa jadi karena layout yang menarik dan banyak gambarnya. Namun, karena saya adalah mahasiswa jurusan teknik, sudah barang tentu banyak paper dan jurnal ilmiah yang menunggu untuk saya baca. Kadang saya menghayal, seandainya paper ilmiah itu seperti majalah, mungkin saya akan betah berlama-lama membacanya, huehehe.

Pada postingan omong gondrong kali ini, saya akan sedikit mereview top two bacaan-bacaan favorit saya mulai dari TK hingga sekarang, yang kebanyakan memang didominasi majalah. Oke kawan, mari kita bernostalgia sejenak:)

-TK-
Di entry level jenjang pendidikan saya ini selain hobi meng-grafity (baca : corat-coret) tembok kamar, saya suka membaca buku belajar membaca yang isinya tentang cara mengeja kata. Memang kurang menarik bagi kita yang sudah bisa membaca seperti sekarang, tapi bagi saya buku ini memiliki andil cukup besar dalam membantu saya belajar membaca, selain diajari langsung oleh orang tua atau guru saya tentunya.



-SD-
Saat SD, saya suka membaca majalah Kuncup, Donald Bebek, Mentari Putera Harapan dan Bobo. Dua yang terakhir tadi adalah favorit saya. Dulu ibu saya langganan dua-duanya, seingat saya sejak kelas dua saya sudah punya majalah ini sampai berhenti langganan saat masuk SMP.
Rubrik favorit saya di majalah Bobo dulu adalah Ensiklobobo, banyak sekali pengetahuan yang saya dapat dari rubrik ini. Selain itu juga masih banyak rubrik lain yang tidak kalah menarik, seperti Apa kabar Bo?, Boleh Tahu, Cerpen, Arena Kecil, Tak Disangka dll. Lalu masih ingatkah kalian dengan tokoh-tokoh kartun di majalah ini selain Bobo, Coreng, Cimut dan keluarga Bobo lainnya? Yap, masih ada Nirmala dan Oky serta cerita dua sahabat, Bona dan Rong-Rong yang selalu menghuni halaman terakhir majalah ini.

Kalau rubrik di majalah Mentari saya agak lupa. Selain cerpen, yang saya ingat mungkin hanya dongeng kecerdikan Abunawas dan sihirnya Hamindalid saja.

-SMP-
Di bangku SMP inilah saya mulai mengenal komik. Waktu itu yang lagi populer adalah komik Dragon Ball dan Detektif Conan, tapi kalau ditanya mana yang lebih saya suka, Detektif Conan adalah pilihan saya. Saya ingat, dulu saya dan adik saya sering berlagak jadi Conannya. Jadi kami bersama membaca salah satu kasus pembunuhan yang ada di komik, lalu kami sok-sokan menganalisa dan menebak kira-kira siapa pembunuh yang ada di kasus tadi. Kadang tebakan kami benar, meskipun dengan analisa yang ngawur, hahaha.

Selain komik Detektif Conan, saya suka sekali membaca tabloid Soccer. Meskipun saya tidak suka main bola tapi saya selalu update berita-berita seputar sepak bola khususnya Liga Italia yang waktu itu lagi heboh, biar nggak kalah sama teman-teman yang lain. Selain itu juga karena ada bonus poster pemain sepak bola hampir di setiap edisinya. Seingat saya dulu harganya Rp. 2500,- jadi saya setiap hari nabung Rp. 500,- untuk membeli tabloid ini setiap minggunya:)


-SMA-
Saya mulai suka musik saat duduk di bangku SMA. Alat musik yang pertama saya suka waktu itu adalah gitar karena bisa dimainkan dimana saja, termasuk di kos-kosan saya. Demi memenuhi keinginan saya itu, saya akhirnya memutuskan belajar bermain gitar. Saya lebih suka belajar otodidak dengan membaca chord-chord lagu dari majalah musik. Hotchord saat itu menjadi pilihan saya, karena paling murah dan ada bonus posternya.

Entah kenapa waktu itu saya tiba-tiba ingin membeli tabloid Home ini. Yang jelas, setelah saya baca untuk yang pertama kali, saya merasa kalau tabloid ini isinya menarik, berisi banyak inspirasi tentang desain interior dan exterior rumah. Waktu itu saya sempat berpikir kalau kuliah nanti saya ingin mengambil jurusan desain interior atau arsitek saja, ya..walaupun akhirnya sekarang saya di jurusan komputer, tapi biarlah itu jadi salah satu hobi saya:)


-Kuliah-
Tabloid PCplus inilah yang mendominasi tumpukan buku-buku saya saat ini, selain buku-buku kuliah tentunya. Harganya nggak terlalu mahal, menurut saya isinya juga lengkap dan selalu up to date membahas teknologi komputer terbaru, bagaimana tidak lha terbitnya 2 minggu sekali. Selain itu, bonus cd software yang ada di setiap edisinya juga menjadi salah satu alasan saya membeli tabloid ini.

Akses internet yang semakin cepat hingga menjangkau kamar kos-kosan, membuat saya jadi jarang membeli majalah di kios atau toko buku. Saya lebih sering membaca majalah versi on-line atau mendownloadnya secara gratisan dalam bentuk e-book. Favorit saya adalah majalah Exposure. Memang ada kekurangannya, nggak semua isi yang ada di versi cetak juga ditampilkan di versi on-linenya. Saya pikir wajar, lha memang gratisan,kalau mau lengkap ya beli versi cetaknya. Kalau dalam bentuk ebook memang isinya sama dengan versi cetaknya hanya saja kita perlu sebuah gadget untuk membacanya seperti i-pad atau ebook reader supaya kita bisa membaca dengan nyaman layaknya membaca buku. Kalau saya sih, pakai laptop saya saja sudah cukup:)

[ all image from google ]

Senin, 11 Oktober 2010

Ceker Ayam Lapindho : So Hot So Spicy

foto & text : Fajar 'Ndud' Dwinugroho



Fajar 'Ndud' Dwinugroho adalah mahasiswa Teknik Lingkungan tingkat akhir. Gemar berolahraga khususnya futsal. Penikmat tembang Jawa ini juga senang berburu makanan enak. Masih menyimpan keinginan besar untuk mencicipi Bebek Songkem khas Sampang suatu hari nanti. 
-------------------------------------------------------------------



Bicara mengenai Sidoarjo saat ini, mungkin yang langsung terbersit di pikiran Anda adalah bencana Lumpur Lapindo yang tidak kunjung selesai itu. Namun kali ini hilangkan dulu pikiran mengenai lumpur tadi dan mari baca postingan ini sampai selesai karena saya tidak akan membahas tentang lumpur Lapindo tapi saya akan mereview menu makanan enak di Sidoarjo namanya Ceker Ayam Lapindho.

Awalnya saya tahu Ceker Ayam Lapindho ini dari sebuah surat kabar di Surabaya. Sebagai penggemar masakan ceker ayam, tentu saya sangat "terangsang" dengan adanya menu ceker yang namanya nggak umum ini. Setelah sempat muter-muter sekitar alun-alun Sidoarjo, akhirnya saya menemukan warung milik Mbak Nik ini, tepatnya di sebelah Kantor Bupati Sidoarjo agak ke barat sedikit. Menu yang disediakan warung ini semuanya adalah ceker ayam tapi diolah dalam berbagai rasa.


Tanpa ba-bi-bu lagi saya pun memesan menu andalan warung ini yaitu Ceker Ayam Lapindho, karena memang saya penasaran dengan kata Lapindho ini. Sedangkan teman saya (pemilik blog ini), memesan Ceker Ayam Asam Manis, karena dia nggak doyan masakan pedas.

Tak berapa lama, pesanan kami datang. Dua mangkuk berisi 5 potong ceker ayam plus sepotong kepala ayam per mangkuknya, 3 piring nasi, es teh dan es jeruk tersaji di depan kami. Tanpa "nuwun sewu" lagi saya langsung ngicipi Ceker Ayam Lapindho pesanan saya. Ssslllrruupp.... wow, terasa sedap dan nikmat, itu baru kuahnya. Saya culik satu buah cekernya, langsung saya nikmati sampai sum-sum tulangnya. Kuahnya saya guyurkan di atas nasi yang sangat punel dan lembut itu, uhhh.


Satu, dua, tiga sendokan saya masih lancar jaya menikmati santapan ini. Namun setelah itu barulah terasa kalau makanan ini ternyata menohok, nendang, dan nampol rasa puedesnya.  Satu gelas es jeruk tidak mampu menawarkan mulut saya yang terasa panas dan pedas. Keringat bercucuran, air mata tanpa sadar ikut menetes, bahkan ingus pun tanpa komando juga ikut melorot.


Setelah ceker dan kepala ayam habis saya lahap, barulah nampak potongan-potongan cabai yang sebelumnya mengendap di dasar mangkuk. "Oalah, ini to yang mbuat aku bermandikan peluh". Kalau pesanan teman saya -ceker ayam asam manis, juga berkuah, seperti sop (merah), dengan potongan wortel, buncis, dan nanas. Kalau menu yang satu ini tidak pedas sama sekali.

Puas menikmati menu ceker ayam yang pedasnya naudzubillah ini, kami pun pulang ke Surabaya lagi. Namun sebagai penikmat ceker ayam, sebelum pulang tidak lupa sebungkus Pepes Ceker Ayam kami jadikan oleh-oleh untuk dinikmati di rumah kost, hehe. Coba juga menu lain dari warung ceker ayam ini seperti Ceker Ayam Balajo, ceker Ayam Rica-Rica, Ceker Ayam Mentega dan masih banyak lagi yang masing-masing dibanderol dengan harga Rp. 8.000,- saja. Jadi jika Anda termasuk penggemar olahan ceker, dan kebetulan lagi berada di Sidoarjo maka tidak ada salahnya menyempatkan diri untuk mencicipi Ceker Ayam Lapindho ini. Enjoy!:)

Attention!
Ceker ayam ternyata banyak mengandung zat-zat yang baik untuk tubuh kita seperti zat kolagen, zat kapur dan Hydroxyapatite yang dapat membantu memelihara kekuatan tulang dan mencegah osteoporosis serta dapat menjaga elastisitas kulit. Untuk lebih jelasnya, silahkan klik disini atau disini

Sabtu, 09 Oktober 2010

Lampion Garden BNS


BNS (Batu Night Spectacular) sebenarnya sudah lama dibuka tapi baru beberapa waktu lalu saya sempat kesana. Yang membuat saya tertarik dengan tempat wisata ini adalah wahana lampion garden-nya. Memang, dari cerita teman-teman yang sudah pernah kesana, wahana inilah yang katanya wajib dikunjungi selain bioskop 4D.

Di lampion garden ini, kita akan disuguhi sebuah taman yang cukup luas, berisi aneka macam bentuk lampion mulai dari tokoh-tokoh kartun Walt Disney hingga miniatur landmark beberapa kota di dunia seperti menara Eiffel dan menara Petronas. Tidak hanya itu saja, beberapa bentuk hewan juga ada lampionnya. Ada angsa, bebek, capung, flamingo dan masih banyak lagi.


Di taman ini juga ada beberapa bangku untuk bersantai dengan background lampion berbentuk hati. Hampir bisa dipastikan jika ada muda mudi yang datang kesini pasti spot ini tidak akan luput jadi background berfoto. Bagi mereka yang sedang kasmaran, bisa jadi spot ini dijadikan tempat untuk mengungkapkan isi hati pada gebetan, sesuai dengan tulisan di pintu masuk wahana ini, "Ungkapkan kasih sayang hanya di lampion garden", hehehe.


Untuk weekend dan hari libur, kita dikenakan tiket masuk seharga Rp. 10.000,- sedangkan hari biasa cukup  Rp.7000,- saja. Jadi jika weekend tidak ada kegiatan dan bingung mau kemana, tidak ada salahnya mencoba tempat wisata yang terletak di daerah Batu, Malang ini.



Jumat, 24 September 2010

Sop Buntut Sederhana


Namanya warung "Sederhana", ada di daerah Krembangan, Perak. Tempatnya sederhana, benar-benar sesederhana namanya. Hanya ada 4 kursi yang disediakan pemilik warung. Menu andalannya adalah sop buntut. Enak, dagingnya besar dan empuk, ditambah topping potongan wortel jadi tambah maknyus, cocok untuk sarapan bareng pasangan, hehe.

Silahkan dicoba. Harganya Rp. 20.000,- untuk paket berdua, sudah termasuk semangkuk besar sop buntut, 2 piring nasi, 2 gelas teh hangat dan senyum manis ibu penjualnya:)

Selasa, 21 September 2010

Berjalan Menembus Kabut Bromo

Nama Gunung Bromo memang sudah tersohor hingga mancanegara, tak heran jika banyak pelancong ingin mengunjunginya. Banyak alternatif akomodasi untuk menuju lokasi gunung nan eksotis ini, hardtop, ojek, ataupun kuda selalu siap sedia mengantarkan kita. Namun dengan dalih menghemat pengeluaran, saya, adik dan 3 orang sepupu saya kali ini memutuskan jalan kaki saja.

Pukul 03.30 kami berangkat dari homestay. Setelah kira-kira 20 menit berjalan, akhirnya kami sampai di lautan pasir. Berbekal senter seadanya, kami berlima mulai menyusuri lautan pasir mengikuti pathok-pathok pembatas kawasan Gunung Bromo, karena itulah acuan kami supaya tidak kesasar. Bagi pejalan seperti kami, memakai masker hukumnya wajib saat melintasi kawasan ini. Kabut yang begitu tebal ditambah debu dari lalu-lalang hardtop yang seperti arak-arakan pejabat itu, akan sangat mengganggu pernafasan. Selain itu, kombinasi kabut dan debu tadi akan secara otomatis membuat jarak pandang semakin terbatas.

Setelah hampir 1,5 jam berjalan, akhirnya sampai juga di starting point pendakian ke puncak Bromo. Disitu sudah ramai orang yang sedang bersiap-siap mau muncak. Banyak yang menawarkan ojek kuda, tapi kami tetap setia dengan prinsip 'jalan kaki' kami, hehe. Ojek kuda disini rupanya sudah diorganisir dengan baik. Jadi setiap pemilik diberi identitas berupa nomor urut, mereka tidak perlu berebut mencari pelanggan. Mereka tinggal menunggu giliran dipanggil sesuai nomor urutnya.

Dalam perjalanan menuju kawah Bromo, saya sempat melihat seorang ibu berjalan dengan membawa serta anaknya yang masih bayi. Tidak hanya itu, saya juga melihat seorang nenek yang mengenakan sewek (kain jarik) sedang dituntun oleh anaknya menapaki jalan pasir menuju kawah Bromo. Saat ditawari naik kuda, si nenek malah menolak dan dengan semangat menjawab, "Wong mbahe sik kuat kok, le". Wahuuu! Keep rock 'n roll, mbah!

Kabut saat itu masih tetap tebal. Masker sarung yang saya pakai sejak di lautan pasir ternyata sudah tidak mempan lagi. Alhasil, hidung saya mulai bereaksi, bersin-bersin dengan ekstrim. Sudah hampir 2 pack tissu ukuran sedang saya habiskan sepanjang perjalanan, tapi si ingus belum juga mampet. Bahkan saking jengkelnya, saya biarkan saja dia netes-netes di pasir. Untung saja keadaan sekitar masih berkabut jadi kelakuan tidak berperi kesopanan itu tidak sempat membuat heboh pengunjung lain.

Lain halnya dengan salah satu sepupu saya, sebut saja AK-nama disamarkan, memang benar hidungnya baik-baik saja tapi tidak dengan perutnya. Sejak di starting point sebenarnya dia sudah mengeluh sakit perut, ingin buang 'perbekalan' katanya. Namun, karena toilet masih tutup maka kami tetap melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dalam perjalanan pulang menuju starting point, rupanya hasrat ingin buang 'perbekalan' itu sudah tidak bisa ditolerir lagi. Dengan hanya berbekal tissu, tanpa basa-basi dia langsung cari semak-semak, memenuhi hasratnya itu. "Krrskkk..krrskkk..", sepuluh menit dia baru muncul lagi. Sebenarnya hasrat buang 'perbekalan' sepupu saya di Bromo tidak hanya kali itu saja, tapi tidak usahlah saya ceritakan semua, cukup satu itu saja, hehe.Inilah salah satu berkah jalan kaki, misalkan saja kita naik kuda lalu kebelet seperti itu, masak si bapak dan kudanya disuruh nunggu kita?

Ternyata dinginnya kabut Bromo juga dirasakan pengunjung lain. Buktinya, toilet sampai antri seperti antri minyak subsidi, terutama toilet cewek. Saya yang dari tadi juga kebelet buang air kecil sedikit lega karena dari kejauhan, area toilet cowok tampak lengang. Begitu saya mendekat, jeng!jeng! Ternyata disana sudah ada beberapa orang cewek yang didominasi kaum ibu sedang antri. “Nggak salah masuk toilet toh bu?”, tanya mas-mas di pinggir saya. “Toilet cewek antri panjaaang mas, sudah kebelet ini”, jawab mereka kompak. Jiaahhhh…!!! Pantas saja negara ini nggak maju-maju, lha sebagian warganya suka menyabotase teritori pribadi orang lain.

Dan akhirnya sekitar pukul 8 pagi, kabut sudah hilang. Pemandangan bukit-bukit yang indah disekitar Gunung Bromo sepenuhnya terlihat. Hardtop-hardtop yang membawa para pengunjung juga tampak rapi berwarna-warni. Sebelum kembali ke homestay, kami berlima sempat minum kopi di warung sekitaran toilet. Disela-sela kami minum kopi, si Yusi, sepupu saya, nyeletuk “Sakjane nang Bromo iku gak soro lho. Tekan homestay iso nyewa hardtop opo ojek, arep nang puncak yo iso numpak jaran, lek kademen yo ono warung kopi nang nduwur. Masalahe cuma siji, kudu nggowo duit akeh !”. Haha, bener yus!

Kamis, 26 Agustus 2010

Ayam Presto Telur Asin Malioboro


Bosan dengan olahan daging ayam yang itu-itu saja? Mungkin menu yang satu ini bisa menjadi alternatif yang patut dicoba, yap! Ayam Presto Telur Asin khas rumah makan Malioboro. Jadi daging ayam ini tidak langsung digoreng atau dibakar, tapi dipresto dulu. Dalam penyajiannya, di atas daging ayam yang sudah dipresto tadi disiram 'kuah' telur asin. Entah bagaimana caranya bisa sampai jadi kuah seperti itu, yang jelas memang disiramkan begitu saja sampai menutup seluruh permukaan daging.


Karena dipresto, daging ayam ini sangat empuk bahkan sampai tulangnya. Terasa makan daging semua pokoknya. Nggak salah si pemilik menyertakan tulisan "Nikmatnya terasa sampai ke tulang sumsum" di halaman depan brosurnya, hehe. Daging ayam yang soft di-mix dengan 'kuah' telur asin yang agak kasar, hmm rasakan sendiri sensasinya:)

Meskipun kali ini saya ditraktir, tapi harga 15 ribu rupiah perpotong atau 60 ribu rupiah per ekor saya rasa pantas untuk membanderol ayam tulang lunak ini. Jadi, bagi Anda yang di Surabaya silahkan datang ke rumah makan Malioboro ini di Jl. Manyar Kertoarjo atau Jl. Kartini. Silahkan juga untuk mencicipi menu lainnya. Enjoy! :)

Minggu, 22 Agustus 2010

Live Curious

Nggak sengaja waktu buka facebook, di wall teman saya ada share video National Geographic yang judulnya "Live Curious". Saya jadi ingat kalau dulu pernah punya video ini dari Ayos, teman kos saya. Saya coba buka-buka folder video di laptop dan menemukan video keren ini masih tersimpan rapi bersama video-video National Geographic lainnya. Alhamdulillah...:) Kalau mau download bisa langsung ke sini



Karena text narasinya tidak ditampilkan di video, untuk yang bahasa Inggrisnya ala kadarnya seperti saya, mungkin text di bawah bisa memandu Anda menonton video diatas:)

If you are, you breath. If you breath, you talk.
If you talk, you ask. If you ask, you think.
If you think, you search. If you search, you experience.
If you experience, you learn. If you learn, you grow.
If you grow, you wish. If you wish, you find.
If you find, you doubt. If you doubt, you question.
If you question, you understand. If you understand, you know.
If you know, you want to know more.
And if you want to know more, you are alive.
National Geographic channel...live curious.

Ya, live curious. Setelah tahu artinya saya jadi bertanya pada diri saya, apakah hidup saya selama ini sudah cukup curious? Hehe, ternyata jawabannya belum. Jujur saja, saya termasuk orang yang gampang puas pada suatu pencapaian dan paling takut mengambil resiko yang terlalu besar. Saya bukan termasuk orang yang selalu berpikir, "Selesai nglakuin ini, selanjutnya nglakuin apa lagi ya? Terus setelah itu apa lagi?". Mungkin inilah yang membuat saya merasa kalau kehidupan disekitar saya tampak biasa saja. Bukan berarti saya tidak bersyukur atas apa yang saya dapat hingga saat ini, hanya saja saya merasa masih banyak hal-hal baru yang belum saya lakukan dan belum saya ketahui. Bagaimana dengan Anda, sudah cukup curious-kah hidup Anda? :)

Selasa, 27 Juli 2010

Staring.


Saya suka sekali dengan anak-anak. Bukan, saya bukan mahasiswa pedofil, saya laki-laki normal kok. Hanya saja, entah itu karena tingkah polah mereka yang polos, wajah mereka yang innocent,atau senyum mereka yang muaniisss sekalipun hanya dengan dua gigi kelinci saja, yang jelas mereka selalu sukses membuat saya tersenyum,hehe. Tatapan mata mereka jujur. Mereka belum mahir berbohong seperti Anda saya, menyembunyikan perasaanpun mereka sama sekali tidak pandai, mereka adalah makhluk manis yang ekspresif. Apa adanya. Kalau mau nangis ya nangis, ketawa ya ketawa, kebelet pipispun juga kadang nggak pakai warning, nggak ada itu yang namanya diempet, hehe.

Waktu main ke Balai Pemuda minggu pagi kemarin, saya sempat jeprat-jepret nggak jelas ngambil gambar anak-anak kecil, yah itung-itung ikut memperingati Hari Anak Nasional, huehehe. Ekpresinya macem-macem, ada yang malu-malu, ada yang cuek, yang tidurpun juga ada, okelah kalau begitu cekidot saja langsung:)


Ceritanya si cewek manis ini pengen cepet-cepet pulang, dia ngrengek ke ibunya minta pulang tapi si ibu sepertinya masih asyik nonton reog. Sadar kalau mau saya ambil gambar, dia buru-buru ngumpet di balik bahu ibunya sambil sesekali ngintip saya, hehe.


Senyum dong, jangan mencep begitu:)


Anak ini antusias sekali nonton reog sampai nggak sadar kalau saya ambil gambar:D


Anak ini nggak peduli, meskipun sekitarnya ramai penonton dan panas, kalau ngantuk ya tidur aja, hehe.


Ini keponakan saya, si Mayo, waktu buka file-file foto di laptop nemu foto ini:)

Yang ini sudah bukan anak-anak lagi. Setelah nonton atraksi makan beling di Balai Pemuda minggu kemarin, teman kos saya ini langsung terobsesi. Lihatlah tatapan matanya, ngeri.

Kamis, 01 Juli 2010

Jalan-jalan meransel ke Pulau Sapudi

Liburan panjang datang lagi, saatnya jalan-jalan. Kali ini jalan-jalan saya agak berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Biasanya untuk menuju ke tempat tujuan saya menggunakan mobil, entah mobil rental atau punya teman, tapi kali ini saya dan teman-teman naik motor. Kalau biasanya nginep di penginapan, kali ini numpang rumah orang, yang seperti ini benar-benar pertama buat saya.

Yang terasa berbeda lagi adalah kali ini jalan-jalan saya bersama 3 orang yang sudah pernah mengunjungi beberapa tempat bagus di Indonesia, ada Ayos yang sudah pernah ke Belitung dan Pulau Komodo, Nuran yang sudah pernah ke Derawan dan juga ke Pulau Komodo bersama Ayos serta Putri yang sudah pernah menjejakkan kaki di Karimun Jawa.Ya saya merasa beruntung saja bisa jalan-jalan bareng mereka, hehe.

Tidak hanya itu, karena mereka semua suka menulis maka setelah jalan-jalan pasti akan mereka ceritakan dalam bentuk tulisan, tidak terkecuali traveling kali ini. Jadi sejak sebelum berangkat memang sudah ada rencana akan menuliskannya dalam bentuk e-book.

Destinasi kami adalah pulau-pulau kecil disebelah timur pulau Madura, tapi karena ombak yang tidak memungkinkan untuk kami menyeberang ke pulau-pulau kecil itu jadilah kami hanya meng-explore satu pulau saja yaitu pulau Sapudi. Semua cerita perjalanan ini kami rangkum dalam sebuah e-book sebanyak 30 halaman yang bisa dibaca secara online di scribd atau bisa di unduh secara gratis lewat ziddu.

Meskipun saya hanya nyumbang tulisan sedikit di e-book ini tapi ada kebanggaan tersendiri bagi saya bisa nulis bareng orang-orang hebat seperti mereka, hehehe. Selamat membaca, happy traveling!:)

Bebek Songkem


Kalau lewat daerah Sampang, Madura, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi kuliner Bebek Songkem. Kalau biasanya daging bebek dimasak dengan cara digoreng atau di panggang, lain halnya dengan Bebek Songkem ini. Daging Bebek Songkem dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus bersama bumbu pedas, hmmm sedapnya. Dagingnya benar-benar empuk, hingga saat saya gigit dagingnya begitu mudah lepas dari tulang. Saya berani bertaruh, nenek-nenek pun tidak akan repot menggigit untuk menikmati empuknya daging Bebek Songkem ini,hehehe. Selama saya makan bebek, saya rasa daging Bebek Songkem inilah yang paling empuk.

Kenapa dinamakan Bebek Songkem? Konon, awal mula istilah Bebek Songkem ini muncul karena dahulu masyarakat kota Sampang selalu menjadikan makanan ini sebagai oleh - oleh jika hendak berkunjung ke rumah Kyai. Masyarakat sana sering menyebutnya dengan istilah songkeman, makanya hingga sekarang bebek yang mereka bawa itu disebut Bebek Songkem.

Karena asli masakan Madura, sudah barang tentu ini bebek rasanya pedas asin. Benar-benar menyengat lidah. Disajikan dengan nasi yang masih hangat, lalapan kubis dan mentimun kemudian minumnya es jeruk, siang-siang pula, capcus! Dijamin bikin nagih. Rating 8 dari 10 jempol deh untuk bebek yang capcus ini. :D.
Harga seporsinya saya kurang tahu persis, yang jelas tidak sampai 15 ribu rupiah karena seingat saya, waktu itu Ayos mengeluarkan uang 63 ribu rupiah untuk mentraktir kami 4 porsi bebek, 3 gelas es jeruk, 4 gelas es teh, segelas air putih dan dua plastik kerupuk. Hehehe, terima kasih traktirannya Yos.

Lokasi warung bebek milik Pak Salim ini ada di Jalan Trunojoyo, Sampang kota. Jadi kalau lagi lewat daerah Sampang, tidak ada salahnya mampir untuk mencicipi bebek yang maknyus ini.:)

Minggu, 16 Mei 2010

Di Atas Gerbong Penataran

Tepat pukul 04.45, kereta api Penataran yang saya tumpangi perlahan mulai bergerak meninggalkan stasiun Gubeng. Bersama seorang teman kos, panggil saja Fajar, kami kebetulan naik di gerbong paling buntut yang penerangannya remang-remang menuju gelap. Di gerbong ini masih sepi penumpang, membuat kami leluasa memilih bangku kosong mana yang kami suka.

Sengaja saya pilih bangku dengan seat 3, maksudnya biar saya bisa tidur sambil berselonjor ria. Hehe, apatis! Sikap saya ini bukan tanpa alasan, tengah malam saya baru bisa tidur lalu pagi jam empat sudah harus siap-siap pergi ke Gubeng, huah mata ini masih terasa berat untuk melek, ngantuk banget!

Haha, ternyata sikap apatis saya cukup sampai stasiun Wonokromo saja, soalnya ada bapak-bapak minta izin untuk duduk sebangku dengan saya. Ya jelas saya kasih izinlah, lha memang kereta ini bukan milik keluarga saya. Hehe.

Semula perjalanan ini lancar-lancar saja. Selain bau ban yang kurang sedap yang dibawa bapak-bapak disamping saya, mungkin hanya bau asap rokok yang sedikit mengusik hidung saya. Tapi setelah dari stasiun Waru, hidung saya mulai terganggu dengan bau 'busuk' yang entah dari mana asalnya. Gila! Ini sih bukan kurang sedap lagi, tapi enggak sedap sama sekali! Baunya seperti kaos kaki setengah kering yang sebelumnya sudah direndam 3 hari, lalu tanpa dicuci dengan detergen langsung dijemur. Yaiks!

Penderitaan saya bertambah, mas-mas setengah baya disamping saya (bukan bapak-bapak tadi) tidur dengan kaki mengangkang lebih dari 90 derajat yang memaksa saya untuk lebih mengatupkan kaki. Arrgh, sempit iki lho mas! Bukan hanya itu, saat saya sudah mulai merem melek, tiba-tiba dia terbangun lalu muter mp3 di hp-nya dengan volume hampir maksimal, kenceng banget! Lagunya? Dangdut koplo cuy! Hiyaaa. Maaf,bukannya saya meremehkan jenis musik ini, tapi kebetulan saya memang kurang suka, jadi sah saja saya merasa terganggu. Parahnya, setelah muter mp3 itu dia langsung tidur lagi. Oalah mas, kok enggak sungkan sama kakek-nenek depanmu itu.

Oya, sebelum turun dari kereta,ada seorang penjual mamiri yang dikerjai seorang bapak-bapak penumpang. Bapak itu tanya, "Mas, banci iku iso manak gak?" (baca:Mas, banci itu bisa beranak enggak?). Kalau saya yang ditanya ya jelas saya jawab enggak bisa, mas penjual mamiri pun juga jawabnya enggak mungkin banci bisa beranak. Tapi si Bapak malah balik tanya, "Tapi kok nang ndunyo tambah akeh yo?" (baca:Tapi kok di dunia tambah banyak ya?). Wahahahaha...jayus pak!

Rabu, 28 April 2010

Membuat 'Read More' Pada Postingan Blog

    Awal mula saya membuat tutorial ini karena saya merasa blog saya ini 'kepanjangan', belum lagi dengan banyaknya foto-foto yang ikut saya posting membuat loading awal blog ini jadi terasa semakin lambat, khususnya bagi saya yang fakir bandwidth ini.
    Sebenarnya gampang saja sih kalau tidak mau panjang-panjang, atur saja di menu pengaturan lalu kurangi jumlah postingan yang ingin ditampilkan di laman muka. Beres kan. Mungkin itu salah satu cara mengatasinya, tapi kali ini saya akan coba berikan alternatif lain untuk mengatasi masalah 'kepanjangan' tadi dengan fungsi read more(baca selengkapnya) sehingga kita tidak perlu mengurangi jumlah postingan yang ingin ditampilkan di laman utama.

    Oke langsung saja ikuti petunjuk di bawah ini:
    • sign in ke blogger Anda.
    • masuk ke menu Pengaturan lalu klik Format.
    • geser layar hingga paling bawah, ada text area kosong disamping tulisan Templat Entri, isi area kosong  tersebut dengan kode di bawah ini : 
              <span class="fullpost">

              </span>
    • klik tombol Simpan Setelan. 

    Langkah persiapan ini dimaksudkan agar saat posting baru kita tidak perlu lagi menuliskan kode itu lagi karena akan secara default muncul diawal saat kita akan menulis postingan.

    Selanjutnya,
    • klik tab Tata Letak  
    • klik tab Edit HTML.
    • klik tulisan Download Template Lengkap, langkah ini dimaksudkan agar kita masih memiliki back up kode template blog kita jika sewaktu-waktu terjadi kesalahan sehingga kita bisa mengembalikannya seperti semula.
    • beri tanda contreng pada kotak Expand Template Widget.
    • cari kode <data:post.body/> atau  <p><data:post.body/></p>, biar lebih gampang tekan saja ctrl+f lalu ketikkan kode tadi.
    • hapus kode diatas, ganti dengan kode di bawah ini :
      <b:if cond='data:blog.pageType == "item"'> <style>.fullpost{display:inline;}</style> <p><data:post.body/></p> <b:else/> <style>.fullpost{display:none;}</style> <p><data:post.body/> <a expr:href='data:post.url'><strong>Selengkapnya...</strong></a></p> </b:if>        
    • kata 'Selengkapnya' pada kode di atas bisa diganti dengan 'read more' atau apalah terserah Anda
    • klik tombol Pratinjau, kalau dirasa sudah pas posisinya maka klik tombol Simpan Template.

    Oke semua setting sudah siap, sekarang tinggal bagaimana cara postingnya :

    • klik tab Posting lalu klik tab Entri Baru.
    • klik tab Edit HTML, maka secara otomatis tampak kode yang telah kita setting tadi.
    • tuliskan artikel yang ingin ditampilkan pada blog sebelum kode
      <span class="fullpost">
    • tulis sisa artikel (yang ingin ditampilkan setelah kita klik kata read more) dibawah kode di atas dan sebelum kode :
      </span>
    • klik tab Pratinjau, kalau sudah sesuai yang diinginkan klik tombol Terbitkan Entri.
    • lihat blog Anda,lalu lihat hasilnya. 

    Good luck, semoga bermanfaat:)

    Senin, 22 Maret 2010

    Small Thing From Dieng










    Kontributor :
    Dwi Putri Ratnasari
    Riski Setiadi
    ----------------------------------------------------------------------------------

    Semua orang pasti pernah tahu kepik, lalat, laba-laba dan binatang kecil lain di sekitarnya tapi jarang sekali yang memperhatikan, ya termasuk juga saya, hehe. Ternyata objek-objek kecil seperti ini kalau diperhatikan lebih dekat jadi terlihat menarik.

    Awalnya saat jalan-jalan ke dataran tinggi Dieng beberapa waktu lalu, saya melihat teman saya si Putri sedang asyik motret sesuatu di atas ilalang di pinggiran Telaga Warna. Putri adalah salah satu dari delapan travelfreak yang ikut dalam jalan-jalan mbambung kali ini (maaf yo put kalau kurang nyaman dengan kata 'freak'nya,hahaha). Waktu itu saya kira dia ngambil gambar landscape telaganya, eh ternyata bukan, lalat yang nangkring di atas ilalang ternyata yang jadi objek sasarannya. Hasilnya bagus Put lak jareku,hehehe.

      
      
    Karena iri lihat hasilnya si Putri yang sip, saya jadi ga tahan untuk motret juga dan ini dia hasilnya,jreng! of course  kameranya pinjaman dari Putri (suwun Put:p)


    Waktu lihat-lihat hasil foto dari kamera Setiadi ternyata dia juga sempat motret objek-objek kecil, ini dia salah satu hasilnya. Setiadi juga salah satu dari delapan travelfreak yang ikut dalam jalan-jalan mbambung kali ini.

     
    Ini beberapa foto juga hasil jepretan Putri





    1st


    Setahun lalu, tepatnya bulan Februari, blog ini pertama kali saya publish di internet. Keinginan untuk membuat blog sebenarnya sudah ada saat detik-detik terakhir masuk kuliah jaman D3 dulu, tapi baru benar-benar terealisasi setelah melihat blog salah seorang temen kos yang ciamik soro, isi, layout maupun gaya nulisnya. Dari situ keinginan saya untuk membuat blog semakin besar apalagi saat itu saya baru saja turun dari Gunung Welirang jadi saya pikir kenapa tidak saya tulis saja pengalaman saya itu. Setelah tanya ini itu tentang every thing about bloging pada temen saya itu akhirnya jadi juga saya bikin blog. Jreng! Dan jadilah seperti ini:D

    Harapan kedepannya sih semoga saja bisa nulis lebih banyak lagi dan tentunya dengan posting yang lebih menarik. Masih perlu banyak belajar tentang bagaimana cara nulis yang bener:)

    The Astonishing Waterfall : Madakaripura









    Kontributor
    Fajar 'Ndud' Dwinugroho adalah seorang traveler, hiker, dan juga seorang sportholic khususnya futsal dan badminton. Penyuka tetralogi Laskar Pelangi ini juga merupakan seorang penikmat tembang-tembang Jawa. 
    ----------------------------------------------------------------------------------

    Ketika membaca cerita tentang "Treading On Penanjakan" (postingan bulan Nopember) pada blog ini, pada bagian akhir tertulis bahwa cerita tentang Madakaripura akan dituliskan selanjutnya oleh teman si Noe. Setelah membaca postingan tersebut, saya langsung kaget dan merasa berdosa. Karena teman si Noe adalah saya, hehe
    Ketika kita melewati jalur utama Proling (Probolinggo.red) - Pasuruan, tepatnya di sekitar daerah Tongas, maka akan ada papan penunjuk arah menuju ke Gunung Bromo. Jalan ini memang salah satu jalur alternatif menuju Bromo. Kira-kira sekitar 5km setelah kita ikuti jalan ini, kita akan sampai pada suatu daerah yang bernama Lumbang. Di daerah ini kita akan ketemu pertigaan yang mana kalo terus menuju Bromo sedangkan kalo belok kanan akan menuju Air Terjun Pengantin. Loh, kok Air Terjun Pengantin?Kayak di film saja,hehe yang benar Air Terjun Madakaripura. Tepat di pertigaan ini juga terdapat sebuah Puskesmas Lumbang jadi kalau susah nyari pertigaannya ya tanya saja lokasi Puskesmas Lumbang,pasti warga disitu banyak yang tahu.

    Dari pertigaan tadi, terus saja kita ikuti petunjuk arah yang setia membimbing kita menuju air terjun ini. Kurang lebih 5km perjalanan dari pertigaan Lumbang tadi untuk menuju pintu gerbang area air terjun ini. Tarif resmi yang dikenakan untuk masuk adalah Rp 2500 / kepala. Setelah memarkir mobil, banyak orang yang mendekati kami, layaknya para pekerja infotainment berebut berita dari sekelompok artis papan atas.Hehehe. Lah, ternyata mereka berebut menawarkan sebagai guide yang akan menuntun kita menuju "surga alam dunia". Kami memutuskan untuk bernegosiasi dengan salah seorang guide yang ada, karena kami masih blank dengan kondisi alam di Madakaripura ini, juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah terjadi tawar menawar yang alot, kita sepakat dengan harga Rp 30ribu, dari harga yang ditawarkan, yakni Rp 50ribu.


    Perjalanan kaki (treking) pun kita mulai dengan seorang guide sebagai pimpinan dan penunjuk arah. Pada permulaan jalan, kami disambut oleh patung Mahapatih Gajah Mada yang sedang bersila dengan tangan "sedakep". Memang air terjun Madakaripura ini merupakan salah satu tempat semedi Patih Gajah Mada (seorang Mahapatih Kerajaan Majapahit), yang merupakan pencetus "amukti palapa" dan juga merupakan sosok yang sangat berperan dalam kejayaan Kerajaan Majapahit di masa lalu, bersama Sang Raja Hayam Wuruk. Konon menurut sember yang ada, setelah melaksanakan amukti palapa (kalo ga salah isinya : "Saya tidak akan pernah menikmati kenikmatan duniawi sebelum seluruh Nusantara bersatu dibawah Panji Majapahit), Mahapatih Gadjah Mada mengasingkan dirinya di air terjun ini. Ada sumber lain yang mengatakan kalo Gajah Mada mengasingkan dirinya karena beliau dihujat, dicaci dan disalahkan dalam "Tragedi Bubat". Untuk lebih jelas tentang sejarah Mahapatih Gajah Mada ini, dapat mengunjungi museum di Trowulan, atau hubungi ahli sejarah Majapahit di kota Anda:)
    Kembali ke perjalanan. Sebenarnya Pemerintah Daerah Proling (baca: Probolinggo) telah membangun akses bagi pejalan kaki untuk mencapai komplek air terjun. Tapi, pedestrian yang dibuat sudah banyak yang hancur dan ga nyambung lagi, sehingga kita harus "turun" ke sungai. Nah melintasi sungai dan loncat dari batu ke batu inilah yang membuat perjalanan ini tidak membosankan. Perjalan ini menempuh jarak sekitar 1,5km yang bisa dilalui sekitar 15-20 menit. Menjelang komplek air terjun, ada warung yang selain menjajakan makanan dan minuman ringan, juga menawarkan jasa payung dan tas kresek. Kenapa harus ada payung dan tas kresek? yap, untuk mencapai air terjun utama, kita harus berbasah ria menembus beberapa air terjun kecil.

    Wow... tak ada kata yang terucap selain Subhanalloh, Maha Besar Alloh dengan segala ciptaan-Nya yang indah dan menakjubkan. Saya sempat sedikit terperangah dengan apa yang saya lihat. Air terjun itu membentuk seperti tirai dan kita harus berjalan di bawahnya. Sang guide berseru,"Hati-hati kalo lewat batu di bawah tirai air terjun, disana licin dan masih banyak lintah!". Beberapa teman kami yang juga sibuk melindungi perlengkapan gadget nya ada yang terpeleset, tapi untung saja ga jatuh. Setelah melewati rintangan tirai air terjun, kita harus mendaki dinding batu yang terjal dan licin. Agak sulit memang untuk melewatinya, tapi setelah berusaha dengen segenap jiwa raga (halah lebay), kami semua berhasil menaklukkan dinding batu tersebut dan.........



    ini dia air terjun utamanya (kalau musim kemarau), image from google

    dan ini waktu awal musim hujan, airnya ga jernih lagi

    Sekali lagi saya dibuat terbengong dan terpesona oleh ciptaan Sang Maha Besar. Sebuah landscape waterfall tersaji didepan mata kami. Sebuah cekungan tebing dengan air terjunnya. Tebing itu membentuk 3/4 lingkaran, dimana 1/4 yang lain adalah tempat kita masuk. Jadi hanya ada satu jalan menuju air terjun ini, yang membuat sedikit ngeri. Hal yang sedikit mengecewakan bagi saya adalah kami datang saat air di air terjun utama "buthek" (keruh.red),karena musim hujan baru saja tiba, tapi hal ini tidak mengurangi pesona Madakaripura dengan kemegahannya. Tepat di tengah-tengah tebing ada sebuah gua yang kata guide kami adalah tempat sang Mahapatih bersemedi. Ada pertanyaan konyol yang terlontar dari salah satu teman saya,"Pak (guide), guanya khan tinggi, gimana Gajah Mada bisa kesana?" dan jawaban pun terucap dengan polosnya,"Lho khan Pak Gajah Mada itu sakti tho, jadi beliau bisa terbang untuk menuju kesana".:) Kolam air di bawah air terjun utama sedalam 7 meter, sehingga tidak ada pengunjung yang bermain air disanalayaknya di air terjun lain. Tapi, di sisi lain tebing tadi ada sebuah terjunan air yang tidak sederas air terjun utama yang dinamakan “Tirta Serwana”. “Tirta Serwana” ini diyakini dapat membuat awet muda. Maka saya pun ingin merasakan air awet muda tersebut dan segera menempatkan tubuh saya di bawah Tirta Serwana. Derasnya Tirta Serwana membuat badan saya seperti dipijat refleksi -nikmat- apalagi setelah perjalanan kami sebelumnya yang melelahkan. Mantab dah pokoknya!:)
    Ketika perjalanan pulang menuju parkiran, saat melewati tirai air, ada salah satu dari kami yang terpeleset. Tapi untung saja dia berhasil pegangan pada batu, sehingga dia tidak terjungkal. Tapi di jempol tangan kanannya ada sebuah benda hitam kecil. Setelah dilakukan pengamatan lebih dalam, benda tersebut adalan lintah dalam ukuran kecil. Sontak salah satu dari kami itu langsung panik. Untung saja lintahnya dalam ukuran mini dan belum lama nyedot darah, jadi mudah saja melepaskannya.


    Sesampainya di parkiran kami sedikit terkejut karena mobil kami koq jadi kinclong. usut punya usut, ternyata ada pungli dengan modus operandi mencucikan kendaraan bermotor kita and we must pay it! Ya iyalah masak udah dikinclongin ga mau bayar:)
    Madakaripura, ciptaan Alloh yang sungguh istimewa, yang membuat kami merasa hina karena sering melupakan nikmatNya...
    Madakaripura, Air terjun terindah yang pernah saya lihat, dengan berbagai pesonanya...
    Madakaripura, saksi ketabahan dan keteguhan sang Mahapatih yang terbuang...
    Madakaripura, penghilang penat, stress dan kesuntukan setelah menjalani kehidupan di kota besar...
    Madakaripura, madakaripura, madakaripura...

    tips jika kita ke Madakaripura:
    1. Pandai-pandailah menawar harga (jasa guide, jasa pencucian kendaraan, jasa sewa payung, dll)
    2. Selamatkan barang-barang anda yang akan rusak jika terkena air misalnya kamera, hp dll (siapkan diri untuk berbasah ria)
    3. Waspadai jalanan yang licin dan lintah yang umumnya banyak terdapat di tempat lembab dan basah.
    4. Hindari bepergian ke Madakaripura saat hujan, berbahaya!



    Welcome and enjoy it, the ASTONISHING WATERFALL MADAKARIPURA !!

    Ads Inside Post