Senin, 22 Maret 2010

The Astonishing Waterfall : Madakaripura









Kontributor
Fajar 'Ndud' Dwinugroho adalah seorang traveler, hiker, dan juga seorang sportholic khususnya futsal dan badminton. Penyuka tetralogi Laskar Pelangi ini juga merupakan seorang penikmat tembang-tembang Jawa. 
----------------------------------------------------------------------------------

Ketika membaca cerita tentang "Treading On Penanjakan" (postingan bulan Nopember) pada blog ini, pada bagian akhir tertulis bahwa cerita tentang Madakaripura akan dituliskan selanjutnya oleh teman si Noe. Setelah membaca postingan tersebut, saya langsung kaget dan merasa berdosa. Karena teman si Noe adalah saya, hehe
Ketika kita melewati jalur utama Proling (Probolinggo.red) - Pasuruan, tepatnya di sekitar daerah Tongas, maka akan ada papan penunjuk arah menuju ke Gunung Bromo. Jalan ini memang salah satu jalur alternatif menuju Bromo. Kira-kira sekitar 5km setelah kita ikuti jalan ini, kita akan sampai pada suatu daerah yang bernama Lumbang. Di daerah ini kita akan ketemu pertigaan yang mana kalo terus menuju Bromo sedangkan kalo belok kanan akan menuju Air Terjun Pengantin. Loh, kok Air Terjun Pengantin?Kayak di film saja,hehe yang benar Air Terjun Madakaripura. Tepat di pertigaan ini juga terdapat sebuah Puskesmas Lumbang jadi kalau susah nyari pertigaannya ya tanya saja lokasi Puskesmas Lumbang,pasti warga disitu banyak yang tahu.

Dari pertigaan tadi, terus saja kita ikuti petunjuk arah yang setia membimbing kita menuju air terjun ini. Kurang lebih 5km perjalanan dari pertigaan Lumbang tadi untuk menuju pintu gerbang area air terjun ini. Tarif resmi yang dikenakan untuk masuk adalah Rp 2500 / kepala. Setelah memarkir mobil, banyak orang yang mendekati kami, layaknya para pekerja infotainment berebut berita dari sekelompok artis papan atas.Hehehe. Lah, ternyata mereka berebut menawarkan sebagai guide yang akan menuntun kita menuju "surga alam dunia". Kami memutuskan untuk bernegosiasi dengan salah seorang guide yang ada, karena kami masih blank dengan kondisi alam di Madakaripura ini, juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah terjadi tawar menawar yang alot, kita sepakat dengan harga Rp 30ribu, dari harga yang ditawarkan, yakni Rp 50ribu.


Perjalanan kaki (treking) pun kita mulai dengan seorang guide sebagai pimpinan dan penunjuk arah. Pada permulaan jalan, kami disambut oleh patung Mahapatih Gajah Mada yang sedang bersila dengan tangan "sedakep". Memang air terjun Madakaripura ini merupakan salah satu tempat semedi Patih Gajah Mada (seorang Mahapatih Kerajaan Majapahit), yang merupakan pencetus "amukti palapa" dan juga merupakan sosok yang sangat berperan dalam kejayaan Kerajaan Majapahit di masa lalu, bersama Sang Raja Hayam Wuruk. Konon menurut sember yang ada, setelah melaksanakan amukti palapa (kalo ga salah isinya : "Saya tidak akan pernah menikmati kenikmatan duniawi sebelum seluruh Nusantara bersatu dibawah Panji Majapahit), Mahapatih Gadjah Mada mengasingkan dirinya di air terjun ini. Ada sumber lain yang mengatakan kalo Gajah Mada mengasingkan dirinya karena beliau dihujat, dicaci dan disalahkan dalam "Tragedi Bubat". Untuk lebih jelas tentang sejarah Mahapatih Gajah Mada ini, dapat mengunjungi museum di Trowulan, atau hubungi ahli sejarah Majapahit di kota Anda:)
Kembali ke perjalanan. Sebenarnya Pemerintah Daerah Proling (baca: Probolinggo) telah membangun akses bagi pejalan kaki untuk mencapai komplek air terjun. Tapi, pedestrian yang dibuat sudah banyak yang hancur dan ga nyambung lagi, sehingga kita harus "turun" ke sungai. Nah melintasi sungai dan loncat dari batu ke batu inilah yang membuat perjalanan ini tidak membosankan. Perjalan ini menempuh jarak sekitar 1,5km yang bisa dilalui sekitar 15-20 menit. Menjelang komplek air terjun, ada warung yang selain menjajakan makanan dan minuman ringan, juga menawarkan jasa payung dan tas kresek. Kenapa harus ada payung dan tas kresek? yap, untuk mencapai air terjun utama, kita harus berbasah ria menembus beberapa air terjun kecil.

Wow... tak ada kata yang terucap selain Subhanalloh, Maha Besar Alloh dengan segala ciptaan-Nya yang indah dan menakjubkan. Saya sempat sedikit terperangah dengan apa yang saya lihat. Air terjun itu membentuk seperti tirai dan kita harus berjalan di bawahnya. Sang guide berseru,"Hati-hati kalo lewat batu di bawah tirai air terjun, disana licin dan masih banyak lintah!". Beberapa teman kami yang juga sibuk melindungi perlengkapan gadget nya ada yang terpeleset, tapi untung saja ga jatuh. Setelah melewati rintangan tirai air terjun, kita harus mendaki dinding batu yang terjal dan licin. Agak sulit memang untuk melewatinya, tapi setelah berusaha dengen segenap jiwa raga (halah lebay), kami semua berhasil menaklukkan dinding batu tersebut dan.........



ini dia air terjun utamanya (kalau musim kemarau), image from google

dan ini waktu awal musim hujan, airnya ga jernih lagi

Sekali lagi saya dibuat terbengong dan terpesona oleh ciptaan Sang Maha Besar. Sebuah landscape waterfall tersaji didepan mata kami. Sebuah cekungan tebing dengan air terjunnya. Tebing itu membentuk 3/4 lingkaran, dimana 1/4 yang lain adalah tempat kita masuk. Jadi hanya ada satu jalan menuju air terjun ini, yang membuat sedikit ngeri. Hal yang sedikit mengecewakan bagi saya adalah kami datang saat air di air terjun utama "buthek" (keruh.red),karena musim hujan baru saja tiba, tapi hal ini tidak mengurangi pesona Madakaripura dengan kemegahannya. Tepat di tengah-tengah tebing ada sebuah gua yang kata guide kami adalah tempat sang Mahapatih bersemedi. Ada pertanyaan konyol yang terlontar dari salah satu teman saya,"Pak (guide), guanya khan tinggi, gimana Gajah Mada bisa kesana?" dan jawaban pun terucap dengan polosnya,"Lho khan Pak Gajah Mada itu sakti tho, jadi beliau bisa terbang untuk menuju kesana".:) Kolam air di bawah air terjun utama sedalam 7 meter, sehingga tidak ada pengunjung yang bermain air disanalayaknya di air terjun lain. Tapi, di sisi lain tebing tadi ada sebuah terjunan air yang tidak sederas air terjun utama yang dinamakan “Tirta Serwana”. “Tirta Serwana” ini diyakini dapat membuat awet muda. Maka saya pun ingin merasakan air awet muda tersebut dan segera menempatkan tubuh saya di bawah Tirta Serwana. Derasnya Tirta Serwana membuat badan saya seperti dipijat refleksi -nikmat- apalagi setelah perjalanan kami sebelumnya yang melelahkan. Mantab dah pokoknya!:)
Ketika perjalanan pulang menuju parkiran, saat melewati tirai air, ada salah satu dari kami yang terpeleset. Tapi untung saja dia berhasil pegangan pada batu, sehingga dia tidak terjungkal. Tapi di jempol tangan kanannya ada sebuah benda hitam kecil. Setelah dilakukan pengamatan lebih dalam, benda tersebut adalan lintah dalam ukuran kecil. Sontak salah satu dari kami itu langsung panik. Untung saja lintahnya dalam ukuran mini dan belum lama nyedot darah, jadi mudah saja melepaskannya.


Sesampainya di parkiran kami sedikit terkejut karena mobil kami koq jadi kinclong. usut punya usut, ternyata ada pungli dengan modus operandi mencucikan kendaraan bermotor kita and we must pay it! Ya iyalah masak udah dikinclongin ga mau bayar:)
Madakaripura, ciptaan Alloh yang sungguh istimewa, yang membuat kami merasa hina karena sering melupakan nikmatNya...
Madakaripura, Air terjun terindah yang pernah saya lihat, dengan berbagai pesonanya...
Madakaripura, saksi ketabahan dan keteguhan sang Mahapatih yang terbuang...
Madakaripura, penghilang penat, stress dan kesuntukan setelah menjalani kehidupan di kota besar...
Madakaripura, madakaripura, madakaripura...

tips jika kita ke Madakaripura:
1. Pandai-pandailah menawar harga (jasa guide, jasa pencucian kendaraan, jasa sewa payung, dll)
2. Selamatkan barang-barang anda yang akan rusak jika terkena air misalnya kamera, hp dll (siapkan diri untuk berbasah ria)
3. Waspadai jalanan yang licin dan lintah yang umumnya banyak terdapat di tempat lembab dan basah.
4. Hindari bepergian ke Madakaripura saat hujan, berbahaya!



Welcome and enjoy it, the ASTONISHING WATERFALL MADAKARIPURA !!

3 komentar:

Ads Inside Post