Sabtu, 27 Juni 2009

Wisata Bahari Lamongan

Sebenarnya tidak ada plan khusus untuk liburanku kali ini karena awalnya memang tidak ada pikiran akan ke tempat ini, tapi tidak apa-apalah untuk menambah pengalaman. Awal ceritanya, senin malam aku bertemu Vivin dan Nimas di parkiran kampus, tiba-tiba mereka mengajak jalan-jalan ke WBL (Wisata Bahari Lamongan), karena hari rabu memang tidak ada kegiatan akhirnya aku mengiyakan ajakan mereka.

Kira-kira rabu pagi pukul 08.10 kami ber-9, ada Ari, Sukro, Nimas, Shinta, Vivin, Teddy, Laurent, mas Anton dan aku mulai meninggalkan Surabaya naik mobilnya Ari. Jalan Surabaya - WBL bisa dibilang bagus walaupun masih ada jalan yang bergelombang, namun tidak sampai kategori parah. Dalam perjalanan, tepatnya didaerah Gresik, di kanan kiri jalan banyak terdapat tambak, uwh benar-benar pemandangan yang menyejukkan mata. Sampai daerah Lamongan kira-kira pukul 10.00, dan kami langsung disuguhi pemandangan laut utara yang biru hingga ke tepiannya. Pada titik tertentu, jarak antara jalan dan laut sangat dekat jadi semakin membuat kami ingin cepat sampai ke tempat tujuan.

WBL dilihat dari jembatan penyeberangan menuju goa Maharani

Tak berapa lama kemudian akhirnya sampai juga di WBL, kondisinya saat itu ramai sekali, mungkin waktunya musim liburan jadi banyak yang memanfaatkannya untuk rekreasi, salah satunya di WBL ini. Setelah sarapan nasi bungkus yang sudah kami bawa dari Surabaya tadi, kamipun menuju Goa Maharani yang juga berada disekitar area WBL, hal yang pertama ada dalam pikiranku adalah sebuah pertanyaan "Apakah goa ini asli atau buatan?". Namun setelah masuk ternyata beneran asli euy, stalagtit dan stalagmitnya bagus-bagus bentuknya, mantab. Langsung saja take a pic untuk kenang-kenangan.

Didalam goa cukup panas maka dari itu oleh pengelola diberi beberapa blower supaya agak dingin. Puas melihat-lihat isi goa, kami melanjutkan ke ruang etalase batu-batuan mulia, wiiiihh keren abis, warna warni dan juga bermacam-macam bentuknya. Di dalam area Goa Maharani juga ada diorama hewan-hewan, pusat oleh-oleh dan juga mini kebun binatang. Yang membuatku berkesan adalah saat masuk area sangkar burung, disitu kita akan diberi beberapa biji-bijian kesukaan burung itu dan tidak berapa lama kemudian kita akan diserbu oleh kawanan burung itu. Tanpa takut burung itu akan bertengger di tangan kita sambil memakan biji-bijian yang kita bawa tadi, wih benar-benar pengalaman pertama nih ngasih makan burung sedekat ini.
Memberi makan burung

Salah satu wahana di WBL

Setelah sholat dhuhur, kami lanjutkan ke WBL-nya. Kondisi di dalam ramai sekali hingga di tiap-tiap wahana antrian cukup panjang. Karena kami malas mengantri lama-lama, kamipun mencari wahana yang agak sepi. Wahana yang pertama kami coba adalah rumah kucing, kemudian beberapa dari kami mencoba gokart. Setelah itu ada yang mencoba wahana ombak air, lalu taman berburu dan yang memicu adrenalinku, roaler coaster. Mungkin bagi yang pernah naik sudah biasa tapi apakah sudah pernah naik roaler coaster yang berada di dekat tebing? yang jika menghadap ke bawah bisa langsung terlihat laut? Kalau ingin mencoba, datang saja ke WBL ini.

Setelah mencoba wahana taman air

Wahana di WBL ini cukup lengkap, selain yang kami coba di atas juga terdapat rumah sakit hantu, dunia bawah air, rumah kaca, paus dangdut, rumah bajak laut dan masih banyak lagi. Kolam renang, flying fox, banana boat juga ada. Untuk yang ingin mengenal sejarah salah seorang wali di Jawa Timur, disediakan miniatur padepokannya, seperti mushola, gapura, rumah dan miniatur lainnya. Terdapat juga miniatur Texas City dengan icon Koboi dan Indiannya, beberapa dari kami sempat mencoba naik rodeo dan hasilnya kurang memuaskan, hanya beberapa detik saja langsung jatuh.

WBL ini juga memiliki pemandangan laut yang menakjubkan. Lautnya biru hingga ke tepian pantai, ombaknyapun tenang, khas pantai utara pulau Jawa. Begitu indah saat sore hari, jadi tidak aku sia-siakan untuk mengabadikannya.


Puas mencoba beberapa wahana, kamipun pergi mencari mushola setelah itu makan sambil menunggu magrib. Setelah sholat kamipun bergegas pulang karena takut kemalaman. Aku tidak sempat membeli oleh-oleh karena uang yang aku bawa sudah benar-benar habis, padahal di area WBL pusat oleh-oleh cukup lengkap. Mulai dari souvenir hingga kuliner semua ada tapi karena tidak ada uang jadi aku urungkan saja niatku. Semoga lain kali bisa kesana lagi.Amin.


nb : thank's to Setiadi untuk W150-nya, mantab hasilnya.

Sabtu, 13 Juni 2009

Potret kehidupan

Miris sekali melihat gambar anak kecil di atas. Seharusnya anak seusia dia yang masih dalam masa pertumbuhan, mendapatkan gizi yang mencukupi. Namun apa yang kita lihat? Untuk sesuap nasi saja dia harus mencari sendiri makanannya, makanan sisa pula, yang kotor dan tentu tidak higienis. Tapi inilah kenyataan, inilah salah satu potret kehidupan di negara kita.


Terima kasih untuk mas Irmawan atas fotonya yang mengingatkan kita untuk memperhatikan saudara kita yang kurang mampu.

Kamis, 04 Juni 2009

Kawah Ijen

Akhir pekan kemarin, yang juga merupakan akhir dari bulan Mei, aku bersama 12 orang temanku melakukan perjalan menuju Kawah Ijen. Kebanyakan dari kami ini adalah pengalaman pertama dan hanya beberapa dari kami yang sudah pernah. Sedikit review, Kawah Ijen merupakan salah satu gunung aktif di Jawa Timur dimana Kawah ini secara administratif terbagi dalam dua kabupaten yaitu Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur.

Kawah Ijen ini memiliki ketinggian sekitar 2.443 mdpl dan telah meletus beberapa kali yaitu pada tahun 1796, 1817, 1913 dan 1936. Akibat dari letusan-letusan itu, maka terbentuklah sebuah kawah yang lebar dengan pesona danau sulfur yang menakjubkan didalamnya. Kabarnya, karena luas dan kapasitas air belerang di dalamnya, Kawah Ijen disebut-sebut sebagai salah satu danau kawah terbesar di dunia. Wow! Kita sudah sepatutnya bangga karena Kawah Ijen ada di negeri kita tercinta ini.

Perjalanan ke Kawah Ijen aku tempuh dalam waktu 2 hari. Sabtu sore, berangkat menuju Jember sendirian, perjalanan aku tempuh menggunakan kereta kelas tiga alias kereta ekonomi Sritanjung, dengan alasan menghemat biaya perjalanan dan juga karena aku ingin sampai di Jember tidak terlalu larut malam. Dalam perjalanan aku bertemu seorang nenek bersama 2 orang putrinya, beliau yang seorang pedagang buah banyak bercerita tentang kehidupannya. Dalam ceritanya itu beliau juga berpesan, mumpung masih muda kalau ingin sukses coba laksanakan puasa senin kamis dan Tahajjud. Maaf ya nek bukannya aku tidak mau, niat sih ada tapi untuk melaksanakannya secara rutin aku masih belum bisa,hehe.

Pukul 20.00 aku sampai di Jember, setelah menunggu beberapa saat, datanglah temanku Martha menjemputku. Malam itu aku numpang tidur di rumahnya. Setelah mandi, makan malam dan sholat akupun tidur, badan terasa capek sekali karena dalam perjalanan Surabaya - Jember aku tidak mendapat tempat duduk jadi otomatis aku harus berdiri, maklum saja hari itu adalah weekend jadi jumlah penumpang bertambah.

Hari kedua, perjalanan dimulai dari rumah Martha pukul 04.30. Dengan mengendarai mobil Kijangnya Martha, kami berdua menuju rumah Agitha lalu ke rumah Setiadi dimana kami juga sudah janjian dengan Fajar ketemuan disitu. Oke, personel mobil yang kami tumpangi sudah komplit, tinggal menunggu mobil teman kami yang satunya. Setelah menunggu hampir sekitar setengah jam, mobil yang ditumpangi, Dipta, Andreas, Ryan, Ari, Desi, Kiki, Putri dan Irsyad itu datang juga. Tanpa menunda waktu lagi kami pun langsung tancap gas menuju Kawah Ijen, kami tidak mau kesiangan sampai sana.

Ladang kubis

Hutan pinus

Perjalanan dari Jember menuju Kecamatan sempol, Bondowoso kami tempuh dalam waktu sekitar 2,5-3 jam melewati jalan aspal mulus. Namun ketika mulai memasuki daerah pegunungan, jalan sudah mulai rusak, saya sarankan kalau kesana jangan menggunakan mobil sejenis sedan karena lubang aspal cukup besar dan dalam. Sesampai di pos pemeriksaan pertama, kamipun beristirahat sejenak sambil mengisi bensin. Jangan dipikir ada pom bensin lho, mobil kami isi dengan bensin eceran, hehe.

Pemandangan di depan pos pemeriksaan I

Pintu masuk pos pemeriksaan II

Perjalanan dari pos pemeriksaan pertama ke pos Paltuding yang berjarak sekitar 15 km kami tempuh dalam waktu kira-kira 45 menit dimana sebelum sampai pos Paltuding kami juga harus melewati 2 pos pemeriksaan lagi. Pos Paltuding merupakan pos terakhir sebelum para pendaki melakukan pendakia. Dari pos pemeriksaan pertama sampai Paltuding, jalan yang kami lalui berupa aspal mulus. Mata kami dimanjakan dengan pemandangan alam pegunungan yang menakjubkan, hutan-hutan yang masih hijau, perkebunan kopi, lembah-lembah berkontur unik, aahhhh....indah sekali!

Parking area di pos Paltuding

Tak berapa lama kemudian sampailah kami di pos Paltuding. Pos ini memiliki area yang cukup luas, ada parking area, camping ground, kamar mandi umum, penginapan dan juga warung makanan, lengkap deh. Karena belum sempat sarapan, sebagian dari kami memutuskan untuk membeli semangkuk mie rebus. Setelah berkemas, kamipun membeli tiket masuk seharga Rp. 1.500,- per orang, dan setelah itu tidak lupa berdo'a untuk keselamatan perjalanan ini. Tepat jam 09.30 kami mulai pendakian, oke let's begin!

Bagi yang tidak biasa olah raga, hiking seperti ini merupakan kegiatan yang bikin ngos-ngosan, pun bagi saya yang sudah pernah hiking. Sempat ada juga beberapa dari kami yang muntah, tapi itu hanya awal-awal pendakian saja karena lama-lama tubuh akan menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Dalam perjalanan, kami banyak berpapasan dengan bule-bule Perancis yang sudah mulai turun. Mungkin mereka mengejar sunrise paginya jadi saat kami naik, bule-bule itu sudah pada turun.

Yang membuat semangat adalah, selain karena sudah membayangkan keindahan Kawah Ijen di atas sana juga karena kebanyakan dari bule-bule itu sudah uzur dan juga kami sempat melihat seorang bocah perempuan bersama keluarganya yang juga telah sampai dari atas, wah masak kalah dengan anak kecil dan kakek-nenek, begitu pikirku. Jadi tambah semangat jadinya.

Pos penimbangan belerang

Untuk sampai lokasi kawah, dari Paltuding dapat ditempuh sejauh 3 Hm melewati jalur penambang yang menurutku kondisinya cukup bagus apalagi bagi yang pertama melakukan pendakian. Track-nya tidak terlalu terjal, meskipun kadang terdapat tanjakan yang bikin ngos-ngosan. Sampai di pos penimbangan belerang, kami istirahat sejenak sambil foto-foto. Karena kabut cukup tebal, langit juga agak mendung dan takut sampai kawah kesiangan maka kami bersegera malanjutkan perjalanan.

Jalan menuju bibir kawah

Kabut dan asap belerang menyelimuti permukaan Kawah Ijen

Sampai di bibir kawah, ternyata kabut masih tebal sehingga pemandangan kawah tidak terlihat. Tapi setelah menunggu beberapa saat, Subhanalloh...!!! Kabut itu ibarat tirai yang kemudian dibuka oleh angin sehingga setelah itu yang terlihat adalah pemandangan yang sangat menakjubkan. Sebuah danau kawah yang besar dengan warna hijau tosca. Ombak-ombak kecil di permukaan danau yang terkena sinar matahari terlihat berkilauan, dinding-dinding kawah dengan kontur yang unik, Subhanalloh...!!! Tak ada kata lain selain mengucap syukur dan memuji kebesaran Sang Pencipta akan salah satu Mahakarya TerbesarNya ini.

Kawah Ijen

Setelah takjub beberapa saat, kamipun segera mengabadikan momen ini dengan kamera. Sempat terjadi perdebatan apakah turun ke dekat danau atau cukup sampai bibir kawah saja. Akhirnya setelah melakukan pertimbangan ada sebagian dari kami yang turun dan sebagian lagi tetap di bibir kawah. Awalnya akupun juga ikut turun tapi karena bau asap belerang yang sangat pekat maka aku putuskan untuk naik lagi sedangkan Andre, Martha, Setiadi, Dipta, Ari dn Ryan tetap turun.

Penambang belerang

Akupun sempat mengobrol dengan salah satu penambang dan menanyakan belerang yang dia angkut kira-kira beratnya berapa karena sepertinya sangat berat. Benar saja, ternyata yang dia angkut sekitar 60 kg! yang mana dengan berat segitu, upah yang dia dapat tidak sampai 40 rb. Hah?? beneran? dengan medan seperti itu? Tapi apa mau dikata, memang begitu kenyataannya.

Team

Setelah puas dibawah akhirnya teman-temanku yang kebawah tadi mulai naik, sebelum pulang kami sempatkan foto bersama dengan background Kawah Ijen, kapan lagi mumpung sempat kesini. Perjalanan turun memang lebih cepat, sampai Paltuding kira-kira hanya 45 menit tapi lutut terasa ngilu karena menahan berat badan masing-masing. Sampai Paltuding kira-kira pukul 15.00, karena perut lapar lagi jadi kamipun makan lagi, hehehe. Setelah berkemas kamipun bergegas pulang sambil mencari masjid karena di Paltuding tempat ibadahnya kurang terawat. Setelah sholat kami lanjutkan perjalanan menuju Jember, kira-kira pukul 20.00 kami sudah masuk Jember. Karena rumahku masih 30an km lg dari pusat kota jadi pukul 21.20 aku baru sampai rumahku. Capek jelas terasa, tapi menurutku semuanya sebanding dengan pengalaman yang aku dapat. Benar-benar tempat yang bagus. Semoga lain waktu bisa kesana lg. Sekarang prepare untuk tujuan selanjutnya, semoga terlaksana, amin.:)

nb : sedikit tips, kalau ada serangan asap belerang coba gunakan masker yang dibasahi air, bisa sedikit membantu mengurangi bau belerang yang kita hirup. Terima kasih untuk Martha dan keluarga yang memberi tumpangan aku untuk menginap.

Ads Inside Post