Jumat, 20 Januari 2012

Berjalan Menembus Kabut Lautan Pasir Gunung Bromo


Lautan Pasir Gunung Bromo yang dikelilingi bukit dan pegunungan ibarat sebuah cawan raksasa kosong tak berisi pada siang hari. Kondisi ini akan sangat berbeda jika sudah menjelang malam hingga pagi hari. Cawan raksasa yang tadinya kosong ini akan terisi penuh dengan kabut. Sudah bisa dibayangkan betapa dinginnya udara di dalam sana. Namun inilah tantangannya, saya dan empat orang saudara saya waktu itu sepakat untuk melintasi lautan pasir Bromo ini dengan berjalan kaki.

Pukul 03.30 kami berangkat dari homestay. Berbekal senter seadanya, kami berlima mulai menyusuri lautan pasir mengikuti pathok-pathok pembatas kawasan Gunung Bromo, karena itulah petunjuk kami supaya tidak kesasar.


Dan ternyata melintasi lautan pasir Bromo ini tidak semudah yang kami bayangkan. Kami harus berhadapan langsung dengan kabut tebal yang saat itu mulai turun memenuhi lautan pasir ini. Selain itu, debu dari lalu lalang hardtop yang seperti arak-arakan pejabat itu juga sangat mengganggu pernafasan. Jadi, bagi pejalan seperti kami, memakai masker hukumnya wajib saat melintasi kawasan ini. Tak hanya itu, kombinasi kabut dan debu tadi ternyata juga sukses membuat jarak pandang semakin terbatas. Dan sekali lagi, memang inilah tantangannya.

Setelah hampir 1,5 jam berjalan, akhirnya kami sampai juga di starting point pendakian ke kawah Gunung Bromo. Disitu sudah ramai orang yang sedang bersiap-siap. Banyak yang menawarkan ojek kuda, tapi kami tetap memegang teguh keinginan kami untuk berjalan kaki hingga bibir kawah Gunung Bromo. Ojek kuda disini rupanya telah terorganisir dengan baik. Jadi setiap pemilik diberi identitas berupa nomor urut, mereka tidak perlu berebut mencari pelanggan. Mereka tinggal menunggu giliran dipanggil sesuai nomor urutnya.


Sesampainya di bibir kawah, pemandangan yang luar biasa indah terhampar di hadapan kami. Sunrise yang menawan di atas kabut yang seperti gumpalan kapas raksasa itu sungguh pemandangan yang menakjubkan. Benar-benar pagi yang sempurna. Puas menikmati pemandangan dari bibir kawah, kamipun melewati lautan pasir lagi untuk kembali ke homestay. Saat perjalanan pulang ini, kabut berangsur-angsur mulai hilang. Dan akhirnya sekitar pukul 8 kabut sudah benar-benar hilang dari lautan pasir Bromo. Deretan bukit-bukit hijau disekitar Gunung Bromo sepenuhnya terlihat. Hardtop-hardtop yang membawa para pelancong juga tampak rapi berwarna-warni. Semoga sampai kapanpun Bromo akan tetap menawan seperti ini.


nb : Sebenarnya saya sudah pernah posting tulisan tentang perjalanan menembus kabut Bromo ini, tapi karena menurut salah seorang teman, postingan saya itu sedikit disgusting jadi saya edit lagi jadi seperti ini. Tapi kalau masih ingin baca yang disgusting tadi bisa dibaca di sini.

1 komentar:

  1. Semoga bisa segera kesana sekalian menaiki jonggring salokanya semeru

    BalasHapus

Ads Inside Post